tag:blogger.com,1999:blog-58090872082331141272024-02-08T08:00:46.006+07:00All About Skripsi, Thesis, dan Karya IlmiahArdhi Prabowohttp://www.blogger.com/profile/09263864430770480626noreply@blogger.comBlogger60125tag:blogger.com,1999:blog-5809087208233114127.post-59238573679588718942012-06-10T09:52:00.000+07:002012-06-10T09:52:06.516+07:00Contoh Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)Ada banyak versi bentuk mengenai RPP yang baik. Dalam peraturan menteri bahkan tidak dijelaskan secara detil mengenai konstruk dari sebuah RPP yang baik. Namun, jelas bahwa sebuah RPP harus dapat menunjukkan proses yang sedang berlangsung. Beberapa versi mewajibkan untuk menuliskan kegiatan guru dan kegiatan murid. Namun, tampaknya dengan deskripsi yang baik, kita dapat menunjukkan kegiatan guru dan murid dalam satu deskripsi.<div>
<br /><div>
Mari kita lihat contoh satu stage dalam RPP berikut:</div>
<div>
---</div>
<div>
Guru menjelaskan materi luas daerah persegi panjang secara singkat.</div>
<div>
---</div>
<div>
Salah satu stage dalam RPP itu saya temukan dalam pelatihan Guru Profesi di Jawa Tengah. Jelas, langkah tersebut <b><u>bukan contoh yang bagus</u></b>. Ada beberapa pertanyaan yang muncul dalam langkah tersebut, yaitu:</div>
<div>
<ol>
<li>pada kata 'secara singkat', berarti ada cara yang tidak singkat? Menurut Bapak/Ibu, jika siswa dibelajarkan secara singkat dan secara tidak singkat, manakah yang akan lebih memahamkan siswa? </li>
<li>bagaimana proses menjelaskan 'secara singkat' ?</li>
<li>Pada langkah tersebut, apa yang dilakukan guru? apa yang dilakukan murid? semuanya<b><u> TIDAK JELAS</u></b>.</li>
<li>Apa tujuan dari langkah tersebut?</li>
</ol>
</div>
<div>
Mari kita bandingkan dengan satu stage dalam RPP berikut ini:</div>
<div>
---</div>
<div>
Guru memahamkan peserta didik mengenai 'Sifat-sifat Kubus' dengan tanya jawab dan tugas sebagai berikut:</div>
<div>
<ul>
<li>Sekarang perhatikan model kerangka kubus kalian!</li>
<li>Tunjukkan, manakah yang disebut dengan titik sudut?</li>
<li>Bagus, ada berapakah titik sudut pada kubus tersebut?</li>
<li>Jadi, sekarang kita dapat menuliskan, 'Sebuah kubus memiliki 8 titik sudut.'</li>
<li>Tuliskan pernyataan tersebut pada sudut kiri atas kertas kerja Kalian. Kita sebut pernyataan itu sebagai salah satu SIFAT KUBUS.</li>
<li>Sekarang, dengan memperhatikan objek geometri yang lain, seperti Rusuk, Sisi, dan Sudut, tulislah SIFAT KUBUS yang lain di sebelah kiri atas kertas kerja kalian.</li>
</ul>
<div>
---</div>
</div>
<div>
Pada cuplikan RPP di atas, tampak sekali proses yang dilakukan pada pembelajaran. Contoh, ketika guru mengatakan, "Sekarang perhatikan model kerangka kubus kalian!", apa yang dilakukan siswa kemudian sangat jelas, yaitu 'melihat ke kerangka kubus yang sudah diterima siswa'. Pun, ketika guru mengatakan, "Bagus, ada berapakah titik sudut pada kubus tersebut?", sangat jelas pula kegiatan siswa berikutnya adalah mulai membilang seluruh titik sudut pada model kerangka kubus itu. Dan ketika ditanya, APA TUJUAN STAGE RPP ITU? Secara eksplisit tampak bahwa Guru akan meng-establish-kan apakah yang dimaksud dengan <u>sifat kubus</u>. Dan tampak bahwa Guru tidak hanya <b><u>MENGINFORMASIKAN </u></b>dan sudah <b><u><span style="color: red;">MEMAHAMKAN </span></u></b>kepada siswa mengenai sifat kubus.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Berikut ini saya sampaikan contoh Lesson Plan yang saya susun ketika mengikuti pelatihan CLIL (Content and Language Integrated Learning) di I/A/L/F Bali beberapa waktu yang lalu. Mohon lengkapi dan perbaiki Lesson Plan tersebut untuk kemudian kirimkan kembali ke ardhiprabowo[a]gmail.com agar dapat dimanfaatkan oleh banyak orang.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
<a href="http://blog.unnes.ac.id/ardhi/files/2012/06/Mic.Teac_4_Procedure-Sheet.pdf" rel="nofollow">UNDUH LESSON PLAN</a></div>
<div>
<br /></div>
</div>Ardhi Prabowohttp://www.blogger.com/profile/09263864430770480626noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-5809087208233114127.post-60551794663564317442012-06-09T11:05:00.000+07:002012-06-10T11:06:21.133+07:00Strategi Pembelajaran Matematika - PPtDalam 1 minggu saya memperoleh kesempatan untuk dapat menyampaikan materi mengenai pembelajaran aktif, kreatif, inovatif, dan menyenangkan. Saya memiliki sedikit hasil yang dapat saya bagikan, yaitu slide powerpoint yang saya buat. Slide itu saya sajikan dalam 4 JP, dengan 1 JP ekuivalen dengan 45 menit. Saya belum membuat rencana pelaksanaan pelatihan untuk slide tersebut namun, saya persilahkan untuk mengunduh, dan memperbaiki sesuai dengan kebutuhan. Jika memungkinkan, slide yang sudah diperbaiki, mohon untuk dikirimkan kembali ke email: ardhiprabowo[at]gmail.com agar dapat kembali saya publish ke khalayak. Terima kasih.<br />
<br />
[<a href="http://blog.unnes.ac.id/ardhi/files/2012/06/2-Strategi-Pembelajaran-Matematika-Ardhi.pptx" rel="nofollow">Free Download PPt - Strategi Pembelajaran Matematika</a>]Ardhi Prabowohttp://www.blogger.com/profile/09263864430770480626noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5809087208233114127.post-6142195212774576962012-01-08T22:05:00.001+07:002012-01-08T22:06:56.163+07:00Teori Belajar Bruner (1)<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://www.phillwebb.net/topics/human/Bruner/Bruner3.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="http://www.phillwebb.net/topics/human/Bruner/Bruner3.jpg" width="186" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Menurut Bruner, jika seseorang mempelajari sesuatu pengetahuan (misalnya suatu konsep matematika), pengetahuan itu perlu dipelajari dalam tahap-tahap tertentu agar pengetahuan itu dapat diinternalisasi akan terjadi dalam pikiran (struktur kognitif) orang tersebut. Proses internalisasi akan terjadi secara sunguh-sungguh (yang berarti proses belajar terjadi secara optimal) jika pengetahuan yang dipelajari itu dipelajari dalam tiga tahap yang macam dan urutannya adalah sebagai berikut.</div>
<ol>
<li><span style="text-align: justify;">Tahap enaktif, yaitu suatu tahap pembelajaran suatu pengetahuan di mana pengetahuan itu dipelajari secara aktif, dengan menggunakan benda-benda kongkret atau menggunakan situasi yang nyata.</span></li>
<li style="text-align: justify;">Tahap ikonik, yaitu suatu tahap pembelajaran suatu pengetahuan di mana pengetahuan itu direpresentasikan (diwujudkan) dalam bentuk bayangan visual (visual imagery), gambar, atau diagram, yang menggambarkan kegiatan kongkret atau situasi kongkret yang terdapat pada tahap enaktif tersebut di atas.</li>
<li style="text-align: justify;">Tahap simbolik, suatu tahap pembelajaran di mana pengetahuan itu direpresentasikan dalam bentuk simbol-simbol abstrak, yaitu simbol-simbol arbiter yang dipakai berdasarkan kesepakatan orang-orang dalam bidang yang bersangkutan, baik simbol-simbol verbal (misalnya huruf-huruf, kata-kata, kalimat-kalimat), lambang-lambang matematika, maupun lambang-lambang abstrak yang lain </li>
</ol>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Dengan demikian, teori Bruner sangat mendukung penelitian ini karena dimensi tiga diajarkan dengan memperhatikan tahapan proses pembelajaran menurut Bruner secara berurutan, dimulai dari tahap enakif, ikonik, dan simbolik.</div>Ardhi Prabowohttp://www.blogger.com/profile/09263864430770480626noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-5809087208233114127.post-23306120305468253872011-12-30T01:02:00.001+07:002011-12-30T01:02:12.320+07:00Kreatif, definisi menurut beberapa ahli<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjPu_SCYZ1MPChNJEqHt5ziRWLt0vB7O7TLOTOGqK4X3_fv5zZvodJzlJtKp3zn1NWfbQHAxhtFbAPQO2Z-m3bnnOH1RbnciNVPk45Epwa43qWTPMOp14Hx9Qp847BfScTdCT-pc-kox_05/s1600/creative.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="150" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjPu_SCYZ1MPChNJEqHt5ziRWLt0vB7O7TLOTOGqK4X3_fv5zZvodJzlJtKp3zn1NWfbQHAxhtFbAPQO2Z-m3bnnOH1RbnciNVPk45Epwa43qWTPMOp14Hx9Qp847BfScTdCT-pc-kox_05/s200/creative.jpg" width="200" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Menurut Poerwodarminto (2002:1063) sikap adalah perilaku; gerak-gerik. Kreatif adalah memiliki daya cipta, kemampuan untuk menciptakan, bersifat (mengandung) daya cipta (Poerwodarminto, 2002:599). Sikap kreatif yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perilaku yang memiliki daya cipta, kemampuan untuk menciptakan atau mengungkapkan gagasan-gagasan baru dalam memahami suatu konsep matematika atau kemampuan mengungkapkan gagasan-gagasan baru dalam menyelesaikan suatu masalah matematika.</div>
<div style="text-align: justify;">
Menurut Chaiken dan Stangor (1987) dalam Zakaria, (2006: 1), sikap itu terdiri dari tiga komponen yakni komponen afektif, komponen kognitif, dan komponen konatif. Komponen afektif adalah perasaan yang dimiliki oleh seseorang terhadap sesuatu objek. Komponen kognitif adalah kepercayaan atau keyakinan yang menjadi pegangan seseorang. Adapun komponen konatif adalah kecenderungan untuk bertingkah laku atau berbuat dengan cara-cara tertentu terhadap sesuatu objek.</div>
<div style="text-align: justify;">
Ada beberapa model skala yang dikembangkan oleh para pakar untuk mengukur sikap. Dalam penelitian ini dipilih skala likert (Likert Scales) karena mudah dan bermanfaat untuk diimplementasikan oleh guru dalam proses pembelajaran dikelas.</div>
<div style="text-align: justify;">
Kreativitas pada intinya merupakan kemampuan umum untuk menciptakan sesuatu yang baru, sebagai kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah, atau sebagai kemampuan untuk melihat hubungan-hubungan baru antara unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya (Munandar, 2004:25).</div>
<div style="text-align: justify;">
Salah satu masalah yang kritis dalam meneliti, mengidentifikasi, dan mengembangkan kreativitas ialah bahwa begitu banyak definisi tentang kreativitas. Tetapi tidak ada satu definisi pun yang dapat diterima secara universal.</div>
<div style="text-align: justify;">
Beberapa definisi tentang kreativitas berdasarkan 4P menurut munandar (2004:20)</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<ol>
<li><span style="color: red;"><b>Definisi Pribadi.</b></span> Tindakan kreatif muncul dari keunikan keseluruhan kepribadian dalam interaksi dengan lingkungannya. Dimensi kepribadian atau motivasi meliputi ciri-ciri seperti fleksibilitas, toleransi terhadap kedwiartian, dorongan untuk berprestasi dan mendapat pengakuan, keuletan dalam menghadapi rintangan, dan pengambilan risiko yang moderat.</li>
<li><span style="color: red;"><b>Definisi Proses.</b></span> Definisi proses yang terkenal adalah definisi Torrance (1988) tentang kreativitas yang pada dasarnya menyerupai langkah-langkah dalam metode ilmiah. Adapun langkah-langkah proses kreatif menurut wallas (1926) yang sampai sekarang masih banyak diterapkan dalam pengembangan kreativitas meliputi tahap persiapan, inkubasi, iluminasi, dan verifikasi.</li>
<li><b><span style="color: red;">Definisi Produk.</span></b> Definisi yang berfokus pada produk kreatif menekankan orisinalitas, seperti definisi barron (1969) yang menyatakan bahwa kreativitas adalah kemampuan untuk menghasilkan/menciptakan sesuatu yang baru. Begitu pula menurut Haefele (1926) ’kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi-kombinasi baru yang mempunyai makna sosial.’</li>
<li><b><span style="color: red;">Definisi ”Press”.</span></b> Kategori keempat dari definisi dan pendekatan terhadap kreativitas menekankan faktor ”Press” atau dorongan, baik dorongan internal (dari diri sendiri berupa keinginan dan hasratuntuk mencipta atau bersibuk diri secara kreatif) maupun dorongan eksternal dari lingkungan sosial dan psikologis.</li>
</ol>
<br />
<div style="text-align: justify;">
</div>
<a name='more'></a>Skala sikap dalam Mudjito (2007:15) adalah alat penilaian hasil belajar yang berupa sejumlah pernyataan sikap tentang sesuatu yang jawabannya dinyatakan secara berskala, misalnya skala tiga, empat atau lima. Pengembangan skala sikap dapat mengikuti langkah sebagai berikut.<br />
<div style="text-align: justify;">
</div>
<ol>
<li>Menentukan obyek sikap yang akan dikembangkan skalanya.</li>
<li>Memilih dan membuat daftar dari konsep dan kata sifat yang relevan dengan obyek penilaian sikap.</li>
<li>Memilih kata sifat yang tepat dan akan digunakan dalam skala.</li>
<li>Menentukan skala dan penskoran.</li>
</ol>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Berdasarkan pertimbangan bahwa prilaku kreatif tidak hanya memerlukan kemampuan berpikir kreatif (afektif), Munandar menyusun skala sikap kreatif, diantaranya tujuh butir diadopsikan dari ”Creative Attitude Survey” yang disusun oleh Schaefer.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sikap kreatif dioperasi dalam dimensi sebagai berikut.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<ol>
<li>Keterbukaan terhadap pengalaman baru;</li>
<li>Kelenturan dalam berfikir;</li>
<li>Kebebasan dalam ungkapan diri;</li>
<li>Menghargai fantasi;</li>
<li>Minat terhadap kegiatan kreatif;</li>
<li>Kepercayaan terhadap gagasan sendiri; dan</li>
<li>Kemandirian dalam memberi pertimbangan. ( Munandar, 2004:70)</li>
</ol>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Ada enam asumsi kreatif (Dwijanto, 2006:221) yang diangkat dari teori dan berbagai studi tentang kreativitas, yaitu sebagai berikut.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<ol>
<li>Setiap orang memiliki kemampuan kreatif dengan tingkat yang berbeda-beda. Tidak ada orang yang sama sekali tidak memiliki kreativitas, dan yang diperlukan adalah bagaimana mengembangkan kreativitas tersebut.</li>
<li>Kreativitas dinyatakan dengan produk kreatif, baik berupa benda maupun gagasan. Produk kreatif merupakan kriteria puncak untuk menilai tinggi rendahnya kreativitas seseorang.</li>
<li>Aktualisasi kreativitas merupakan hasil dari proses interaksi antara faktor-faktor psikologis (internal) dengan lingkungan (eksternal). Pada setiap orang, peranan masing-masing faktor tersebut berbeda-beda. Asumsi ini disebut juga sesuai asumsi interaksional atau sosial psikologis yang memandang kedua faktor tersebut secara komplementer.</li>
<li>Dalam diri seseorang dan lingkungannya terdapat faktor-faktor yang dapat menunjang atau justru menghambat perkembangan kreativitas. Faktor-faktor tersebut dapat diidentifikasi persamaan dan perbedaannya pada kelompok individu yang satu dengan yang lain.</li>
<li>Kreativitas seseorang tidak berlangsung dalam kevokuman, melainkan didahului oleh, dan merupakan pengembangan hasil-hasil kreativitas orang-orang yang berkarya sebelumnya.</li>
<li>Jadi kreativitas merupakan kemampuan seseorang dalam menciptakan kombinasi-kombinasi baru dari hal-hal yang telah ada sehingga melahirkan sesuatu yang baru. Karya kreatif tidak lahir hanya karena kebetulan, melainkan melalui serangkaian proses kreatif yang menuntut kecakapan, keterampilan, dan motivasi yang kuat.</li>
</ol>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Ada tiga faktor yang menentukan prestasi kreatif seseorang, yaitu motivasi atau komitmen yang tinggi, keterampilan dalam bidang yang ditekuni, dan kecakapan kreatif.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>Ardhi Prabowohttp://www.blogger.com/profile/09263864430770480626noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-5809087208233114127.post-92034093347082483492011-09-18T04:17:00.007+07:002011-12-25T15:03:02.133+07:00Teori Van Hiele<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi6DcZrlhDC5QWeF4yrW-fMALCREYf336I37_pCC8N0zLbK8hRTJu3sgZ-UQlJCXZnxCx0di9rvm-Sx9szscPXoy3mB6jYfiz1fO3x0b4AmR4OYjQEo8jb4rCKUZSLIirftXaaPlxuwN58/s320/piaget_.gif"><img alt="" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi6DcZrlhDC5QWeF4yrW-fMALCREYf336I37_pCC8N0zLbK8hRTJu3sgZ-UQlJCXZnxCx0di9rvm-Sx9szscPXoy3mB6jYfiz1fO3x0b4AmR4OYjQEo8jb4rCKUZSLIirftXaaPlxuwN58/s320/piaget_.gif" style="cursor: pointer; float: left; height: 84px; margin: 0pt 10px 10px 0pt; width: 69px;" /></a><br />
<div style="text-align: justify;">
Van Hiele adalah seorang pengajar matematika Belanda yang telah mengadakan penelitian di lapangan, melalui observasi dan tanya jawab, kemudian hasil penelitiannya ditulis dalam disertasinya pada tahun 1954. Penelitian yang dilakukan Van Hiele berkesimpulan mengenai tahap-tahap perkembangan kognitif anak dalam memahami geometri. Van Hiele (dalam Ismail, 1998) menyatakan bahwa terdapat 5 tahap perkembangan geometri yaitu: tahap pengenalan, analisis, pengurutan, deduksi, dan keakuratan.</div>
<br />
<ol style="text-align: justify;">
<li><span style="color: red; font-weight: bold;">Tahap Pengenalan.</span> Pada tahap ini anak hanya baru mengenal bangun-bangun geometri seperti bola, kubus, segitiga, persegi dan bangun-bangun geometri lainnya. </li>
<li><span style="color: red; font-weight: bold;">Tahap Analisis.</span> Pada tahap ini anak sudah dapat memahami sifat-sifat dari bangun-bangun geometri, seperti pada sebuah kubus banyak sisinya ada 6 buah, sedangkan banyak rusuknya ada 12 buah. </li>
<li><span style="color: red; font-weight: bold;">Tahap Pengurutan.</span> Pada tahap ini anak sudah mampu mengetahui hubungan yang terkait antara suatu bangun geometri dengan bangun geometri lainnya. Anak yang berada pada tahap ini sudah mampu memahami pengurutan bangun-bangun geometri. Misalnya, siswa sudah mengetahui persegipanjang itu jajar genjang, belah ketupat adalah layang-layang, kubus itu adalah balok. Pada tahap ini anak sudah mulai mampu utuk melakukan penarikan kesimpulan secara deduktif, tetapi masih pada tahap awal, artinya belum berkembang baik. </li>
<li><span style="color: red; font-weight: bold;">Tahap Deduksi.</span> Pada tahap ini anak sudah dapat memahami deduksi, yaitu mengambil kesimpulan secara deduktif. </li>
<li><span style="color: red; font-weight: bold;">Tahap Keakuratan.</span> Tahap terakhir dari perkembangan kognitif anak dalam memahami geometri adalah tahap keakuratan. Pada tahap ini anak sudah memahami betapa pentingnya ketepatan dari prinsip-prinsip dasar yang melandasi suatu pembuktian. Pada tahap ini memerlukan tahap berpikir yang kompleks dan rumit.</li>
</ol>
<span id="fullpost"></span><br />
<div style="text-align: justify;">
<span id="fullpost"></span><br />
<a name='more'></a><span id="fullpost">Pengetahuan dibangun dalam pikiran. Setiap individu membangun sendiri pengetahuannya. Pengetahuan yang dibangun terdiri dari tiga bentuk, yaitu pengetahuan fisik, pengetahuan logika matematika dan pengetahuan sosial.</span><br />
<span id="fullpost"><br /></span><br />
<span id="fullpost">Belajar pengetahuan meliputi tiga fase. Fase-fase itu adalah fase eksplorasi, pengenalan konsep dan aplikasi konsep. Dalam fase eksplorasi, siswa mempelajari gejala dengan bimbingan. Dalam fase pengenalan konsep, siswa mengenal konsep yang ada hubungannya dengan gejala. Dalam fase aplikasi konsep, siswa menggunakan konsep untuk meneliti gejala lain lebih lanjut.</span></div>Ardhi Prabowohttp://www.blogger.com/profile/09263864430770480626noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5809087208233114127.post-2347979786117678902011-04-12T11:09:00.002+07:002011-04-12T11:13:50.992+07:00Contoh kisi-kisi dan Instrumen AngketLangsung saja kawan, ini adalah contoh kisi-kisi dan instrumen angket penelusuran minat. Mohon maaf, bukan yang tersempurna dan terbaik, namun semoga ini bisa menjadi acuan pada saat penyusunan angket yang sedang saudara susun. Selamat mencoba dan salam sukses.<br /><br />>> <span style="color: rgb(0, 0, 153); font-size: 100%;"><a href="http://kreano.unnes.ac.id/wp-content/uploads/2011/04/Final-Kisi-kisi-Angket-Minat.doc">Contoh kisi-kisi dan instrumen tes penelusuran minat belajar siswa</a></span>Ardhi Prabowohttp://www.blogger.com/profile/09263864430770480626noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-5809087208233114127.post-5208263540300101542011-02-23T07:56:00.004+07:002011-02-23T08:08:48.895+07:00Contoh Silabus dan Deskripsi Mata Kuliah<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://blog.unnes.ac.id/ardhi/files/2011/02/DESKRIPSI-SILABUS-STAT-INFERENSIAL-MATEMATIKA.docx"><img style="float: left; margin: 0pt 10px 10px 0pt; cursor: pointer; width: 50px; height: 50px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjcKsIrTB-mP6MsCHpdc8u9mUmOAWXyDE5wtc_jAzCG1v4YrQPIWdawyRke25CMbVmu8z3wwDZdavr627IcGVi6HdI9S54gtKaHhv0r-epSyds9Ovf7g9YoGG-wFD8q-TEnZ-C9FqKx28A/s200/download1.png" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5576685380534800802" border="0" /></a>Assalamu'alaikum wr.wb. Setelah sekian lama tak update status, kembali saya sampaikan posting saya mengenai silabus dna deskripsi mata kuliah. Saya menulis ini karena banyak mahasiswa saya yang menginginkan file ini. Nah, kawan, saudara, sahabat, jika ingin mengunduh file deskripsi dan silabus mata kuliah statistika inferensial, silahkan klik unduh disamping atau jia menginginkan file unduhan lainnya silahkan datang ke <a href="http://halamanunduh.blogspot.com/">halaman unduh</a>. Selamat mengunduh.Ardhi Prabowohttp://www.blogger.com/profile/09263864430770480626noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-5809087208233114127.post-20193616341081107912010-10-17T03:34:00.006+07:002011-09-18T05:14:40.545+07:00Tentang ModusAssalamu’alaikum wr.wb.<br /><br />Berbicara statistika itu kompleks. Bisa dari yang sangat mudah, sampai dengan yang susah. Yang yang sepele sampai yang sangat rumit. Contohnya yang saya temui beberapa hari ini. Ketika berbicara di depan para guru pemandu SD, LUAR BIASAAA…, antusias sekali mereka. Bahkan bahasan serupa MODUS-pun bisa sibuat sedemikian heboh. Mari kita ikuti. <br /><br />Dalam Suharsimi (2006:34) dikatakan bahwa modus adalah NILAI YANG PALING SERING MUNCUL. Tapi sesungguhnya apa itu nilai? Saya langsung akan mengaplikasikan pada soal berikut ini. <br /><br /><blockquote style="font-weight: bold; color: rgb(255, 0, 0);">*) Pada hari minggu ini, Andi membeli 4 batang pensil, 5 buah pulpen, 9 butir telur dan 6 bungkus mie instant. Tentukan modus dari barang yang dibeli Andi pada Minggu ini! </blockquote><br />Pada bahasan Senin, 11 Oktober 2010, beberapa guru menyatakan, “Pertanyaan tersebut tidak dapat dijawab, karena tidak ada modusnya!”, namun ada pula yang menjawab, “Tentu bisa, itu jawabnya 9.” <br /><br />Saya mencoba menengahi bahwa soal tersebut saya adopsi dari soal yang setara pada tahun sebelumnya yang berbunyi demikian, <br /><br />**) “Dari 40 orang siswa kelas 6 di SD Makmur, 25 diantaranya berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki, 15 siswa berangkat dengan cara bersepeda, dan sisanya berangkat ke sekolah dengan diantar. Apakah modus dari cara berangkat siswa kelas 6 SD Makmur ke sekolah?” <br /><span id="fullpost"> <br />Dan pertanyaan tersebut ada jawabnya, yaitu dengan berjalan kaki. Tentu saja, pernyatan **) tersebut di atas dapat pula digambar diagram batangnya, sebagai berikut: <br /><br /><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEinpv6qruAPUauKyKl1FqxTNM0lJiTYHjzCw_VoDB0XTYvrF2GGuBBPvqaLSWsdGYUaid8hQRSM-xIMdcT1cYJsUfuQ3u_bLn695Sq30wCdPFLt5VwmePKCIniVs34yRbOqSp_HimhVoco/s1600/Stat-001.jpg"><img style="display: block; margin: 0px auto 10px; text-align: center; cursor: pointer; width: 320px; height: 318px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEinpv6qruAPUauKyKl1FqxTNM0lJiTYHjzCw_VoDB0XTYvrF2GGuBBPvqaLSWsdGYUaid8hQRSM-xIMdcT1cYJsUfuQ3u_bLn695Sq30wCdPFLt5VwmePKCIniVs34yRbOqSp_HimhVoco/s320/Stat-001.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5528764535734193506" border="0" /></a>Yak, betul sekali, data yang dapat digambar diagram batangnya adalah data yang nilainya seragam. Pada pernyataan **) data yang dimiliki adalah data cara siswa berangkat ke sekolah. Data tersebut adalah berjalan kaki, bersepeda, dan diantar. Data yang demikian dinamakan data ordinal, artinya masing-masing unsur data tidak merupakan urutan. Dan nilai yang dimiliki data tersebut adalah kuantitas dari siswa yang melakukan hal tersebut di SD Makmur. Jadi nilai data berjalan kaki adalah 25, nilai data bersepeda adalah 15 dan seterusnya. <br /><br />Jadi, saya simpulkan, setelah melalui diskusi dengan rekan sejawat di kampus, bahwa pertanyaan *) dapat diselesaikan, dan modusnya adalah Telur, yang dibeli sebanyak 9 butir. Mengapa bisa? Karena pada data ordinal yang difokuskan adalah <span style="font-weight: bold;">kuantitas </span>(di bahasa Jawa disebut dengan <span style="font-weight: bold;">CACAH</span>). Jadi <span style="font-weight: bold; color: rgb(255, 0, 0);">perbedaan satuan butir, dan buah tidak perlu dipertanyakan</span>. <span style="color: rgb(255, 0, 0);">Berbeda kalau satuan tersebut kilogram dan buah</span>, misal barang yang dibeli adalah mie instant dan beras, maka kedua barang tersebut JELAS TIDAK DAPAT DIBANDINGKAN. Diagram batang untuk pertanyaan *) adalah sebagai berikut. <br /><br /><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgUPXaIyyoBVvUzaqayAIRtmv1j_UFTauej1E4gnVNwZLbHlFKHV5hqIGog9CPY56lDwifHmE5dENH7Jjl0a4c-4sOmiMy_nuCbB64Y-fXUI3o7tYKqCbmWKX7IjOzHFIX0mFeSKV2NjKw/s1600/Stat-002.jpg"><img style="display: block; margin: 0px auto 10px; text-align: center; cursor: pointer; width: 320px; height: 284px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgUPXaIyyoBVvUzaqayAIRtmv1j_UFTauej1E4gnVNwZLbHlFKHV5hqIGog9CPY56lDwifHmE5dENH7Jjl0a4c-4sOmiMy_nuCbB64Y-fXUI3o7tYKqCbmWKX7IjOzHFIX0mFeSKV2NjKw/s320/Stat-002.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5528764541102013474" border="0" /></a>Dengan demikian kesalahan telah diperbaiki, semoga dapat membantu. </span>Ardhi Prabowohttp://www.blogger.com/profile/09263864430770480626noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-5809087208233114127.post-62878417641879153102010-06-30T09:27:00.001+07:002010-06-30T09:31:45.371+07:00Penguasaan Konsep MatematikaIni adalah study kasus di MTs Negeri Cepogo.<br />Siswa yang belajar adalah siswa yang melakukan aktifitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi sosial (Darsono, 2000:4) dan mengakibatkan perubahan perilaku (Sartain dalam Darsono, 2000:4). Siswa yang belajar berarti siswa yang secara tersurat telah berubah perilakuya, baik secara sadar maupun tidak sadar. Siswa yang belajar tampak dari pancaran mata optimis, yang menyatakan kepahaman atasmateri yang disampaikan, juga reaksi spontan seperti, “ooo… begitu ya!”, dan reaksi bahasa tubuh yang menampakkan kebisaannya (Dimyati dan Mudjiono, 2002:5).<br />Siswa yang telah disebut belajar, <span id="fullpost">seperti penjelasan di atas, merupakan cerminan dari penguasaan konsep pada materi yang baru disampaikan. Namun, untuk menilai kepahaman materi atau penguasaan konsep siswa tidak dapat hanya dilakukan sepintas. Penguasaan konsep yang dimaksud merupakan long term memory yang dituangkan dalam bentuk jawaban atas pertanyaan untuk beberapa waktu ke depan. Pertanyaan untuk memeriksa keterkuasaan konsep yang saya berikan, diwujudkan dengan pemberian post tes, yaitu tes kecil di akhir pembelajaran. Siswa yang berhasil memperoleh sekurangnya 65 untuk tes tersebut saya katakann telah menguasai konsep matematika yang saya belajarkan. Muhadi (2003:34) menyatakan bahwa pemberian tes di awal atau di akhir pembelajaran dapat meningkatkan pemahaman siswa dalam belajar. Namun dinyatakan pula bahwa pemberian tes tersebut harus menjadi kebiasaan yang membudaya, artinya pemberian tes tersebut tidak diberikan dalam waktu tertentu saja, namun terus menerus disampaikan pada saat pembelajaran.<br />Pada hakikatnya penguasaan konsep matematika siswa dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain:<br />Dalam penelitian ini, saya mendefinisikan siswa yang telah menguasai konsep matematika adalah siswa yang berhasil menyelesaikan masalah yang saya sajikan dalam post tes. Siswa yang berhasil menyelesaikan masalah di post tes saya anggap telah memahami materi yagn saya berikan dalam pembelajaran. Namun, kendala mengenai permasalahn tersebut masih tetap ada. Kejujuran siswa dan sistem kerja kelompok sangat mempengaruhi hasil yang diberikan. Jika hal ini yang terjadi, maka kriteria penguasaan konsep yang saya berikan menjadi bias.<br />Indikator peguasaan konsep siswa juga saya tentukan dari hasil ulangan harian. Asumsi yang saya siswa yang berhasil menyelesaikan permaslahan yang saya berikan di ulangan harian, maka ingatan jangka panjangnya bagus. Sedangkan Artigue (2001:57), menyatakan bahwa ingatan jangka panjang yang baik artinya konsep yang diterima telah masuk kedalam ranah psikologis siswa. Akibatnya adalah kapanpun siswa ditanya mengenai konsep yang telah diberikan, diyakini bahwa siswa tersebut dapat menjawab pertanyaan konsep.<br /></span>Ardhi Prabowohttp://www.blogger.com/profile/09263864430770480626noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-5809087208233114127.post-9527191527944801652010-05-04T09:30:00.004+07:002010-05-04T09:54:18.127+07:00Contoh Analisis Deskriptif<div style="text-align: justify;">Contoh Analisi deskriptif pada sebuah kegiatan penelitian tindakan kelas ini dapat dijadikan rujukan bagaimana melakukan analisis deskriptif. Pada dasarnya untuk melakukan analisis deskriptif, yang dilakukan sesungguhnya adalah mencari pola tindakan yang muncul dari berbagai tindakan yang dilakukan. Untuk sebagian orang, terutama orang sains, melakukan analisis deskriptif ini sungguh sesuatu yang tidak nyaman. namun, perlu diingat, bahwa melakukan analisi deskriptif bukan berarti tidak melakukan analisis kuantitatif. analisis rata-rata dan grafik dapat pula disajikan.<span id="fullpost"><br /><br />Berdasarkan hasil olah data sederhana, data hasil ulangan harian siswa kelas VII diperoleh grafik sebagai berikut: <br /><br /><center>Tabel 1. Grafik Nilai Ulangan Harian Siklus I</center> <br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://blog.unnes.ac.id/ardhi/files/2010/05/deskriptif001.jpg"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;width: 292px; height: 189px;" src="http://blog.unnes.ac.id/ardhi/files/2010/05/deskriptif001.jpg" border="0" alt="" /></a> <br /><br /><center>Tabel 2. Grafik nilai rata-rata kelompok</center><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://blog.unnes.ac.id/ardhi/files/2010/05/deskriptif002.jpg"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;width: 367px; height: 183px;" src="http://blog.unnes.ac.id/ardhi/files/2010/05/deskriptif002.jpg" border="0" alt="" /></a><br /><br /><br />Dari tabel tersebut di atas, dapat dikatakan bahwa hasil rata- rata nilai Ulangan Harian I adalah 55,03, hasil rata- rata nilai Ulangan Harian II adalah 50,34, hasil rata- rata nilai Ulangan Harian III adalah 56,37. Dengan demikian terjadi penurunan rata-rata nilai ulangan harian I dan II sebesar 4,68, terjadi peningkatan rata- rata nilai ulangan harian II dan III sebesar 6,03, dan terjadi peningkatan rata- rata nilai ulangan harian I dan III sebesar 1,34. Hasil rerata nilai ulangan harian pada kelompok 1 sampai dengan 6 adalah sebagai berikut 55,28 ; 54,06 ; 53,94 ; 52,00 ; 54,22 ; dan 54,24.<br /><br />Dari hasil analisis data nilai ulangan harian kelompok, diketahui bahwa rata-rata nilai ulangan harian siswa pada kelompok 1 lebih baik daripada nilai kelompok yang lain. Dan rata-rata nilai kelompok 4 ternyata paling buruk dibandingkan dengan kelompok yang lain. Secara umum dapat dikatakan bahwa nilai rerata yang diperoleh masih berada di bawah 65, yaitu nilai yang dimungkinkan agar tindakan dapat dihentikan. Tabel tersebut juga menunjukkan hasil yang fluktuatif. Artinya tindakan guru dalam pembelajaran masih dipengaruhi oleh banyak hal di luar pengamatan observer.<br /><br />Dari hasil ulangan harian, dapat dilihat bahwa rata-rata nilai ulangan harian dalam kelompok tidak berbeda jauh, artinya kemampuan siswa dalam memahami konsep matematika di tiap kelompok berimbang. Dengan kata lain, dapat dikatakan pula bahwa anggota kelompok adalah heterogen. Berdasarkan tindakan yang dilaksanakan pada saat pembelajaran kooperatif, digambarkan denah ruang kelas saat pembelajaran berlangsung adalah sebagai berikut. <br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://blog.unnes.ac.id/ardhi/files/2010/05/deskriptif003.jpg"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;width: 196px; height: 233px;" src="http://blog.unnes.ac.id/ardhi/files/2010/05/deskriptif003.jpg" border="0" alt="" /></a><br /><center>Gambar 1. Denah kelompok siswa dalam pembelajaran.</center><br /><br />Dari fakta tersebut, ditemukan bahwa kelompok yang berada dekat dengan meja guru memperoleh nilai yang baik, bahkan rata-rata nilai siswa di kelompok 1 adalah yang terbaik di kelas. Sedangkan kelompok yang jauh dari meja guru, dalam hal ini adalah siswa di kelompok 4, memiliki rata-rata nilai yang kurang baik, berdasarkan table 2 tersebut di atas. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa rata-rata nilai ulangan harian siswa belum memenuhi indikator keberhasilan tindakan. Artinya tindakan yang dilakukan guru belum dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa. Guru juga belum dapat memberikan pembimbingan secara merata, hal tersebut ditunjukkan dengan nilai rata-rata siswa di kelompok yang jauh dengan meja guru memperoleh nilai rata-rata yang masih di bawah rata-rata nilai ulangan haris kelompok yang lain. </span></div>Ardhi Prabowohttp://www.blogger.com/profile/09263864430770480626noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-5809087208233114127.post-72032961249192829362010-04-27T09:48:00.004+07:002010-10-17T15:50:23.536+07:00Unsur PembelajaranPembelajaran matematika memang kompleks. sesungguhnya tidak hanya matematika, namun seluruh pembelajaran adalah sangat kompleks. Kondisi ideal pembelajaran tergantung kepada banyak variabel. Namun, hal ini jarang dilaksanakan oleh peneliti muda macam mahasiswa. Karen auntuk meneliti seluruh prinsip pembelajran dalam penelitian, maka variabel yang berpengaruh dalam penelitin itu menjadi lebih banyak. akibatnya analisis dan sintesis dari hasil penelitian menjadi sangat kompleks.<br /><br /><span id="fullpost">Ada 4 hal jika seseorang ingin melihat Pembelajaran:<br /><ol><li>Syntax, artinya ada tujuan pembelajaran (disampaikan melalui oral atau tertulis), ada baiknya tujuan pembelajaran didiskusikan dengan siswa. Contoh kasus: orang tua akan melakukan rekreasi bulan depan, kemudian dia berkatta, ‘kita akan rekreasi di kebun binatang’. Akan tetapi anak-anak tidak menyetujui, akhirnya yang terjadi adalah, pikniknya jadi, anak-anak hadir namun hatinya tidak ikut rekreasi.</li><li>Sistem sosial. Melakukan hubungan antar komponen-komponen dalam kelas</span></li><li><span id="fullpost">Prinsip reaksi. Semua aksi siswa jika direaksi oleh guru akan memunculkan tindakan baru siswa, entah itu menjadi diam, ramai atau yang lain. Contoh kasus: guru datang ke kelompok dalam sebuah pembelajaran kooperatif, sikap guru yng datag di kelompok sangat mempengaruhi sikap kelompok. JIka guru hanya diam sementara ada ekerjaan yang salah, maka kelompok itu tidak akan merasa salah, berbeda jika guru mengatakan, ‘eh, coba lihat, apa benar pekerjaan ini kawan?’</li><li>Sistem dukungan. Contoh kasus, guru akan menjelaskan tentang korupsi, kemudian mengundang orang KPK untuk menjelaskan kepada anak.</li></ol></span>Ardhi Prabowohttp://www.blogger.com/profile/09263864430770480626noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5809087208233114127.post-58913990390832456422010-03-09T08:43:00.004+07:002010-03-09T13:20:58.840+07:00Uji Kecermatan Anda<div style="text-align: center;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-weight: bold;">Assalamualaikum</span>.<br /><br />Lama tak jumpa kawan, saya temukan beberapa koleksi gambar bagus yang saya miliki. Ini digunakan untuk mengecek saja kemampuan anda dalam membedakan warna dan memahaminya. Permainan mata ini sangat menarik, karena berhasil menipu kita.<br /></div><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEifuKn0t-5BZv5yV2RLC6ZgOugL7vmEUrM39DOXQTKBO9h_tQBWIKhEPful1_uC86bXL0FElc6ZcRo_R86m0uIdqPm55WQgwTukd1Akh4eCDtnU1uZTVEa6bUj18t8Sadv_ZgVIFwJrB1k/s1600-h/A0001.JPG"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; cursor: pointer; width: 400px; height: 291px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEifuKn0t-5BZv5yV2RLC6ZgOugL7vmEUrM39DOXQTKBO9h_tQBWIKhEPful1_uC86bXL0FElc6ZcRo_R86m0uIdqPm55WQgwTukd1Akh4eCDtnU1uZTVEa6bUj18t8Sadv_ZgVIFwJrB1k/s400/A0001.JPG" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5446449602886984546" border="0" /></a><br /><div style="text-align: justify;"><br /></div></div><div style="text-align: center;"><span style="color: rgb(255, 0, 0);font-size:180%;" ><span style="font-weight: bold;">Pertanyaannya adalah:</span></span><span style="font-size:180%;"><br /></span><span style="color: rgb(255, 0, 0);font-size:180%;" ><span style="font-weight: bold;">Ada berapa bintik hitam pada gambar tersebut?</span></span><br /></div><span style="color: rgb(255, 0, 0);font-size:130%;" ><br /></span>Ardhi Prabowohttp://www.blogger.com/profile/09263864430770480626noreply@blogger.com7tag:blogger.com,1999:blog-5809087208233114127.post-10538078756805861192010-01-12T10:19:00.005+07:002010-01-12T11:06:17.457+07:00Tambahan Prinsip Kerja PTK<div style="text-align: justify;"><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://www.itsptk.com/images/projects/Lplate.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 152px; height: 115px;" src="http://www.itsptk.com/images/projects/Lplate.jpg" alt="" border="0" /></a>Assalamu'alaikum. Membahas penelitian tindakan kelas memang tak ada habisnya. Proses PTK memang selalu menarik untuk didiskusikan. entah mengapa, pemahaman prinsip PTK secara umum memang beragam. Hasil diskusi kami dengan kawan dan pakar di DBE3 ternyata cukup bagus untuk disimpan dan diaplikasikan. Sedikit catatan yang saya coba tulis adalah sebagai berikut.</div><br /><br /><span id="fullpost">Prinsip Dasar Penelitian Tindakan Kelas (PTK):<br /><ol style="text-align: justify;"><li>Untuk mengetahui kemampuan orang bersepeda, cukup berikan saja sepeda bukan? Apakah perlu ditanya tentang: apakah anda bisa memegang setang? Apakah anda bisa mengayuh pedal? Apakah anda bisa duduk di pedal?</li><li>Mengukur kemampuan seseorang berarti harus meletakkan bantuan yang dilakukan pada saat melakukan pengetesan atau pelaksanaan pengambilan data. Contoh kasus: jika akan mengukur kemampuan anak mengendarai sepeda, bukankah kita harus melepaskan roda samping yang merupakan bantuan kepada anak.</li><li>Melaksanakan PTK, seorang peneliti harus meletakkan prasangka mengenai keberhasilan suatu model atau media yang digunakan dapat mencapai keberhasilan yang akan dcapai. Contoh kasus: Meningkatkan pemahaman konsep dengan model pembelajaran PBL. Pada PTK, seharusnya adalah bukan meyakini bahwa dengan PBL maka pemahaman konsep meningkat, akan tetapi PBL yang bagaimana yang akan dapat meningkatkan pemahaman konsep.</li></ol></span>Ardhi Prabowohttp://www.blogger.com/profile/09263864430770480626noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-5809087208233114127.post-63253741127704810142010-01-11T10:50:00.004+07:002010-01-11T11:11:44.858+07:00Jelang UASBN SD 2010<div style="text-align: justify;"><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://hipmala.files.wordpress.com/2008/04/070522_ujian20nasional.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 127px; height: 121px;" src="http://hipmala.files.wordpress.com/2008/04/070522_ujian20nasional.jpg" alt="" border="0" /></a>Assalamu'alaikum. Sobat, guruku, dan anak-anak yang berbahagia. Setahun telah berlalu dan ternyata kini kita harus kembali disibukkan dengan berbagai persiapan pelaksanaan ujian akhir. Di tengah polemik jadi atau tidaknya pelaksanaan ujian akhir (UN), kita mesti berbenah terhadap apa yang akan segera kita temui. Ya... mau tak mau pemerintah tetap mewajibkan pelaksanaan UN termasuk UASBN SD di tahun 2010. Jujur saja, saya termasuk orang yang lebih memilih untuk tetap diadakan UN, mengapa? Begini ceritanya, syahdan, di benua eropa sana, di negara Finlandia yang merupakan rangking terwahid untuk kualitas pendidikan di dunia, tidak ada UN. Semua diserahkan kepada sekolah. Namun, itu di Finland. Harus mau mengakui bahwa sesungguhnya pendidikan kita sungguh belum sanggup untuk melaksanakan evaluasi diri <span id="fullpost">dengan matang. Data administrasi sekolah kacau dan fasilitas sekolah yang amburadul cukup menjadi bukti belum mampunya sekolah melaksanakan ujian mandiri macam perguruan tinggi. Ketika kita memaksa diri untuk menengok sebentar saja kompetensi guru di sekolah, katakanlah, tak lebih dari 40% dari seluruh guru disekolah yang kompeten pada materi yang diajarkannya. Ayuhlah, akui saja itu.<br /><br />Namun, kita haru syukuri, setidaknya beberapa putra-putri kita mampu berprestasi di ajang international macam IMSO dan sejenisnya. Ok sip, kawan, menjelang UASBN SD di sekolah, saya sajikan beberapa dokumen yang barangkali bermakna untuk kawan.<br /><br /><a href="http://blog.unnes.ac.id/ardhi/files/2010/01/22393506-SKL-UASBN-SD-2010-Permen-74-Tahun-2009.pdf" target="_blank">Prosedur Operasi Standar dan SKL UASBN SD 2010, Permen no. 74 tahun 2009</a><br /><br />Mestinya masih ada contoh file ujian dengan indikator yang mendekati, namun filenya 11MB, sedih juga tak bisa berbagi disini. Saya coba upload nanti ya.<br /><br />Sukses.</span></div>Ardhi Prabowohttp://www.blogger.com/profile/09263864430770480626noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5809087208233114127.post-55465016048913755632010-01-04T13:21:00.004+07:002010-01-04T13:42:44.774+07:00Tahun Baru dan Syukur Terbarukan...<div style="text-align: justify;"><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiGnkg5OUHZj8kbnPa0QzIPULneSDFA-Suo6PYg23gUQU0PYfMCZfMnJ5zrv80_J9H0NLNkC1N3RXHpEEXEz3RbVuCllUNJRb5LAjUzzztib8FWb01Cu3mwBpyOS_N0jL8NB7baO_Edm-E/s1600-h/tbtg-google-pagerank-three.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 286px; height: 125px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiGnkg5OUHZj8kbnPa0QzIPULneSDFA-Suo6PYg23gUQU0PYfMCZfMnJ5zrv80_J9H0NLNkC1N3RXHpEEXEz3RbVuCllUNJRb5LAjUzzztib8FWb01Cu3mwBpyOS_N0jL8NB7baO_Edm-E/s320/tbtg-google-pagerank-three.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5422770517260915026" border="0" /></a>Alhamdulillah... Bulan ini, om google baru baek hati sama saya. Blog yang sudah lama tak diupdate masih pula diberinya kenaikan kelas. Jujur saja, lama sekali blog ini tak update, maaf, sejak pindah rumah, speedy yang biasa kupakai terpaksa kulepas. Maklum, di tempat baru ini belum ada jaringan teleponnya. Andai saja....<br /><br /><span id="fullpost">Rahasia meraup google rank memang gampang-gampang susah. Yang pernah mengarungi bahtera dunia blogger pasti senang manakala blognya diberi kenaikan kelas. Di awal pembuatan blog, saya tak pernah paham apa itu rank, alexa, technorati dan sebagainya. Pikirku "untuk apalah semua itu". ternyata semua itu bertujuan untuk popularitas tulisan kita. Memang kalau dipikir, tulisan kita bagus, tapi tak opuler, apa gunanya ya. Nah sejak itulah saya berburu bagaimana mencari popularitas di dunia blogging. Lama sekali hingga hari ini saya naik kelas ke Rank 3. Selamat naik kelas sahabat...</span><br /></div>Ardhi Prabowohttp://www.blogger.com/profile/09263864430770480626noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-5809087208233114127.post-2202923175594243962009-11-27T18:44:00.009+07:002009-11-27T18:51:43.950+07:00Selamat Hari Raya Idul Adha<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://images.icharahmanti.multiply.com/image/JjRxr5sbPpHPw1oFjBHy0g/photos/1M/300x300/170/Kambing.png?et=VmSjRyM12WDRf3%2BkKnkXMg&nmid=0"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 104px; height: 103px;" src="http://images.icharahmanti.multiply.com/image/JjRxr5sbPpHPw1oFjBHy0g/photos/1M/300x300/170/Kambing.png?et=VmSjRyM12WDRf3%2BkKnkXMg&nmid=0" alt="" border="0" /></a>Assalamu'alaikum wr.wb. Kanjeng Nabi Ibrahim a.s. mengajarkan kepada kita makna hidup yang sebenar-benarnya hidup. Pernahkah sobat mengenal bagaimana Allah mengubah perintah menyembelih Nabi Ismail a.s. dengan menyembelih domba? Ada makna yang mendalam terjadi pada peristiwa itu.<br /><span id="fullpost"><br />Allah telah mengutus "ayah" dari para rasul dan pribadi yang tinggi budi dalam diri nabi Ibrahim a.s. Tuntunannya bahkan telah kita ikuti sejak beribu-ribu tahun sejak beliau ada. Ibadah haji adalah salah satu tuntunannya. Maqam ibrahim adalah bukti kebesaran Allah terkait dengan nabi ibrahim a.s. Ibadah sa'i adalah pengejawantahan dari perjuangan Siti Hajar r.a. Ibadah kurban juga merupakan pengejawantahan dari perjuangan nabi Ibrahim dan Nabi Ismail a.s. akan ketekunan kepada Allah.<br /><br />Selamat Hari Raya Idul Adha<br /></span>Ardhi Prabowohttp://www.blogger.com/profile/09263864430770480626noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-5809087208233114127.post-48914386175817849112009-11-20T19:53:00.004+07:002009-11-20T22:57:57.040+07:00Mencintai Istri Tanpa Syarat?<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://pplq.files.wordpress.com/2009/06/love-allah1.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 123px; height: 123px;" src="http://pplq.files.wordpress.com/2009/06/love-allah1.jpg" alt="" border="0" /></a>Ini cerita Nyata, beliau adalah Bp. Eko Pratomo Suyatno, Direktur Fortis Asset Management yg sangat terkenal di kalangan Pasar Modal dan Investment, beliau juga sangat sukses dlm memajukan industri Reksadana di Indonesia.<br /><div style="text-align: justify;">Apa yg diutarakan beliau adalah Sangat Benar sekali.<br /><br />Silahkan baca dan dihayati.<br /><br /><span id="fullpost"><strong>*MAMPUKAH KITA MENCINTAI ISTRI KITA TANPA SYARAT*</strong><br />Sebuah perenungan, Buat para suami baca ya..... istri & calon istri juga boleh...<br /><br />Dilihat dari usianya beliau sudah tidak muda lagi, usia yg sudah senja bahkan sudah mendekati malam, Pak Suyatno 58 tahun kesehariannya diisi dengan merawat istrinya yang sakit istrinya juga sudahtua. Mereka menikah sudah lebih 32 tahun. Mereka dikarunia 4 orang anak.<br /><br />Disinilah awal cobaan menerpa, setelah istrinya melahirkan anak keempat tiba2 kakinya lumpuh dan tidak bisa digerakkan. Itu terjadi selama 2 tahun. Menginjak tahun ke tiga, seluruh tubuhnya menjadi lemah bahkan terasa tidak bertulang, lidahnyapun sudah tidak bisa digerakkan lagi.<br /><br />Setiap hari pak suyatno memandikan, membersihkan kotoran, menyuapi, dan mengangkat istrinya keatas tempat tidur. Sebelum berangkat kerja, dia letakkan istrinya didepan TV supaya istrinya tidak merasa kesepian. Walau istrinya tidak dapat bicara tapi dia selalu melihat istrinya tersenyum.<br /><br />Untunglah tempat usaha pak suyatno tidak begitu jauh dari rumahnya sehingga siang hari dia pulang untuk menyuapi istrinya makan siang. Sorenya dia pulang memandikan istrinya, mengganti pakaian dan selepas maghrib dia temani istrinya nonton televisi sambil menceritakan apa-apa saja yg dia alami seharian. Walaupun istrinya hanya bisa memandang tapi tidak bisa menanggapi, Pak Suyatno sudah cukup senang, bahkan dia selalu menggoda istrinya setiap berangkat tidur.<br /><br />Rutinitas ini dilakukan Pak Suyatno lebih kurang 25 tahun, dengan sabar dia merawat istrinya bahkan sambil membesarkan ke 4 buah hati mereka, sekarang anak2 mereka sudah dewasa, tinggal si bungsu yg masih kuliah.<br /><br />Pada suatu hari...ke empat anak suyatno berkumpul dirumah orang tua mereka sambil menjenguk ibunya. Karena setelah anak mereka menikah, sudah tinggal dengan keluarga masing2 dan Pak Suyatno memutuskan ibu mereka dia yg merawat, yang dia inginkan hanya satu semua anaknya berhasil.<br /><br />Dengan kalimat yg cukup hati2 anak yg sulung berkata, "Pak kami ingin sekali merawat ibu, semenjak kami kecil melihat bapak merawat ibu, tidak ada sedikitpun keluhan keluar dari bibir bapak....... bahkan bapak tidak ijinkan kami menjaga ibu". Dengan air mata berlinang anak itu melanjutkan kata-kata, "Sudah yang keempat kalinya kami mengijinkan bapak menikah lagi, kami rasa ibupun akan mengijinkannya, kapan bapak menikmati masa tua bapak, dengan berkorban seperti ini kami sudah tidak tega melihat bapak. Kami janji kami akan merawat ibu sebaik-baik secara bergantian".<br /><br />Pak Suyatno menjawab hal yg sama sekali tidak diduga anak-anaknya.<br /><br />"Anak-anakku........... "<br /><br />"Jikalau perkawinan & hidup didunia ini hanya untuk nafsu, mungkin bapak akan menikah..... tapi ketahuilah dengan adanya ibu kalian disampingku itu sudah lebih dari cukup, dia telah melahirkan kalian.."<br /><br />Sejenak kerongkongannya tersekat,...< "Kalian yg selalu kurindukan hadir didunia ini dengan penuh cinta yang tidak satupun dapat dihargai dengan apapun. Coba kalian tanya ibumu apakah dia menginginkan keadaannya seperti ini?? Kalian menginginkan bapak bahagia, apakah bathin bapak bisa bahagia meninggalkan ibumu dengan keadaanya sekarang, kalian menginginkan bapak yang masih diberi Tuhan kesehatan dirawat oleh orang lain? "Bagaimana dengan ibumu yg masih sakit.." Sejenak meledaklah tangis anak2 pak suyatno. Merekapun melihat butiran-butiran kecil jatuh dipelupuk mata ibu Suyatno. Dengan pilu ditatapnya mata suami yang sangat dicintainya itu. Sampailah akhirnya Pak Suyatno diundang oleh salah satu stasiun TV swasta untuk menjadi nara sumber dan merekapun mengajukan pertanyaan kepada Suyatno, kenapa mampu bertahan selama 25 tahun merawat Istrinya yang sudah tidak bisa apa-apa. Disaat itulah meledak tangis beliau dengan tamu yang hadir di studio, kebanyakan kaum perempuanpun tidak sanggup menahan haru. Disitulah Pak Suyatno bercerita. <strong>"Jika manusia didunia ini mengagungkan sebuah cinta dalam perkawinannya, tetapi tidak mau memberi (memberi waktu, tenaga, pikiran, perhatian) itu adalah kesia-siaan. Saya memilih istri saya menjadi pendamping hidup saya, dan sewaktu dia sehat diapun dengan sabar merawat saya, mencintai saya dengan hati dan bathinnya bukan dengan mata,dan dia memberi saya 4 orang anak yang lucu-lucu. Sekarang dia sakit karena berkorban untuk cinta kita bersama... dan itu merupakan ujian bagi saya, apakah saya dapat memegang komitmen untuk mencintainya apa adanya. Sehatpun belum tentu saya mencari penggantinya apalagi dia sakit."</strong><br /><br />Seusai membaca ini, katakanlah kepada para istrimu wahai lelaki.<br /><br />"Ummi... aku mencintaimu... Tulus... Apa adanya.... "<br /><br />hanya untuk Istri yang kucintai. Ummi Laely.</span></div>Ardhi Prabowohttp://www.blogger.com/profile/09263864430770480626noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5809087208233114127.post-40568814440123493212009-11-05T00:35:00.003+07:002009-11-05T00:41:47.458+07:00Teori Belajar Bruner<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://blog.unnes.ac.id/ardhi/files/2009/10/jerome-seymour-bruner-150x150.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 106px; height: 106px;" src="http://blog.unnes.ac.id/ardhi/files/2009/10/jerome-seymour-bruner-150x150.jpg" alt="" border="0" /></a>Teori belajar bruner dikenal oleh tiga tahapan belajarnya yang terkenal, yaitu enaktif, ikonik dan simbolik. Pada dasarnya setiap individu pada waktu mengalami atau mengenal peristiwa yang ada di dalam lingkungannya dapat menemukan cara untuk menyatakan kembali peristiwa tersebut di dalam pikirannya, yaitu suatu model mental tentang peristiwa yang dialaminya. Hal tersebut adalah proses belajar yang terbagi menjadi tiga tahapan, yakni: <span style="color: rgb(255, 0, 0);"><strong>(1) Tahap enaktif</strong>;</span> dalam tahap ini peserta didik di dalam belajarnya menggunakan atau memanipulasi obyek-obyek secara langsung. <span style="color: rgb(255, 0, 0);"><strong>(2) Tahap ikonik</strong>;</span> pada tahap ini menyatakan bahwa kegiatan anak-anak mulai menyangkut mental yang merupakan gambaran dari obyek-obyek. Dalam tahap ini, peserta didik tidak memanipulasi langsung obyek-obyek, melainkan sudah dapat memanipulasi dengan menggunakan gambaran dari obyek. Pengetahuan disajikan oleh sekumpulan gambar-gambar yang mewakili suatu konsep (Sugandi, 2004:37). <span style="color: rgb(255, 0, 0);"><strong>(3) Tahap simbolik; </strong></span>tahap ini anak memanipulasi simbol-simbol secara langsung dan tidak ada lagi kaitannya dengan objek-objek. Anak mencapai transisi dari pengguanan penyajian ikonik ke penggunaan penyajian simbolik yang didasarkan pada sistem berpikir abstrak dan lebih fleksibel. Dalam penyajian suatu pengetahuan akan dihubungkan dengan sejumlah informasi yang dapat disimpan dalam pikiran dan diproses untuk mencapai pemahaman.<span id="fullpost"><br /><p style="text-align: justify;"><em>Jerome Bruner</em> membagi alat instruksional dalam empat macam menurut fungsinya antara lain:</p><br /><br /><ol style="text-align: justify;"><br /><li>Alat untuk menyampaikan pengalaman “<em>vicaorus</em>” (sebagai pengganti pengalaman yang langsung) yaitu menyajikan bahan yang tidak dapat mereka peroleh secara langsung di sekolah. Hal ini dapat dilakukan melalui film, TV, rekaman suara dan sebagainya;</li><br /><li>Alat model yang dapat memberikan pengertian tentang struktur atau prinsip suatu gejala misalnya model molekul, model bangun ruang;</li><br /><li>Alat dramatisasi, yakni mendramatisasikan sejarah suatu peristiwa atau tokoh, film tentang alam, untuk memberikan pengertian tentang suatu idea atau gejala;</li><br /><li>Alat automatisasi seperti <em>teaching machine </em>atau pelajaran berprograma yang menyajikan suatu masalah dalam urutan teratur dan memberikan balikan atau <em>feedback </em>tentang respon siswa (Nasution, 2003:15).<em></em></li><br /></ol><br /><p style="text-align: justify;">Dengan demikian keterkaitan teori Brunner dengan penggunaan media film dan alat bantu software lain adalah penggunaan media berupa film berbasis 3DSmax 7.0 dalam pembelajaran dapat membantu menyampaikan pengalaman kepada siswa serta memberikan gambaran mengenai objek yang mewakili suatu konsep.</p><br /></span>Ardhi Prabowohttp://www.blogger.com/profile/09263864430770480626noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-5809087208233114127.post-52638938918007258482009-10-26T19:01:00.004+07:002009-10-26T19:20:53.261+07:00CPNS Jateng 2009<h2 style="color: rgb(255, 0, 0);" class="PostHeaderIcon-wrapper"><span style="font-size:100%;">assalamu'alaikum..</span></h2><span style="font-size:100%;">Ini dia </span>yang dicari. Info resmi CPNS 2009 Propinsi Jawa Tengah. Silahkan cari informasi sebanyak-banyaknya dari link berikut ini. Semoga dapat membantu teman-teman yang membutuhkan informasi. Sebentar lagi barangkali akan saya upload juga contoh tes seleksi CPNS yang telah lalu. Baragkali ada yang cocok.<br /><br />Referensi: <span style="font-style: italic; color: rgb(51, 51, 255);">cpns.jatengprov.go.id</span><br /><span id="fullpost"><br /><br /><h2 class="PostHeaderIcon-wrapper"><span class="contentheading" style="font-size:100%;">PENGADAAN CPNSD TAHUN 2009 <strong>FASILITASI</strong> PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH ( <strong>ONLINE</strong> )</span></h2> <div class="PostMetadataHeader"> <div class="metadata-icons PostHeaderIcons"> <table id="table1" class="data" width="100%"> <tbody><tr class="even"> <td class="" width="22">1</td> <td class="" width="312"><a target="_blank" href="http://cpns.jatengprov.go.id/pengumuman/6403%20DEMAK.pdf">Pemerintah Kab. Demak</a></td> <td class="" width="22">13</td> <td class="" width="592"><a target="_blank" href="http://cpns.jatengprov.go.id/pengumuman/6419%20Magelang.pdf">Pemerintah Kab. Magelang</a></td> </tr> <tr class="even"> <td class="" width="22">2</td> <td class="" width="312"><a target="_blank" href="http://cpns.jatengprov.go.id/pengumuman/6404%20Grobogan.pdf">Pemerintah Kab. Grobogan</a></td> <td class="" width="22">14</td> <td class="" width="592"><a target="_blank" href="http://cpns.jatengprov.go.id/pengumuman/6420%20Temanggung.pdf">Pemerintah Kab. Temanggung</a></td> </tr> <tr class="even"> <td class="" width="22">3</td> <td class="" width="312"><a target="_blank" href="http://cpns.jatengprov.go.id/pengumuman/6406%20Batang.pdf">Pemerintah Kab. Batang</a></td> <td class="" width="22">15</td> <td class="" width="592"><a target="_blank" href="http://cpns.jatengprov.go.id/pengumuman/6422%20PURWOREJO.pdf">Pemerintah Kab. Purworejo</a></td> </tr> <tr class="even"> <td class="" width="22">4</td> <td class="" width="312"><a target="_blank" href="http://cpns.jatengprov.go.id/pengumuman/6407%20KAB%20TEGAL.pdf">Pemerintah Kab. Tegal</a></td> <td class="" width="22">16</td> <td class="" width="592"><a target="_blank" href="http://cpns.jatengprov.go.id/pengumuman/6423%20KEBUMEN.pdf">Pemerintah Kab. Kebumen</a></td> </tr> <tr class="even"> <td class="" width="22">5</td> <td class="" width="312"><a target="_blank" href="http://cpns.jatengprov.go.id/pengumuman/6408%20BREBES.pdf">Pemerintah Kab. Brebes</a></td> <td class="" width="22">17</td> <td class="" width="592"><a target="_blank" href="http://cpns.jatengprov.go.id/pengumuman/6425%20BOYOLALI.pdf">Pemerintah Kab. Boyolali</a></td> </tr> <tr class="even"> <td class="" width="22">6</td> <td class="" width="312"><a target="_blank" href="http://cpns.jatengprov.go.id/pengumuman/6409%20Pati.pdf">Pemerintah Kab. Pati</a></td> <td class="" width="22">18</td> <td class="" width="592"><a target="_blank" href="http://cpns.jatengprov.go.id/pengumuman/6429%20Wonogiri.pdf">Pemerintah Kab. Wonogiri</a></td> </tr> <tr class="odd"> <td class="" width="22">7</td> <td class="" width="312"><a target="_blank" href="http://cpns.jatengprov.go.id/pengumuman/6410%20KUDUS.pdf">Pemerintah Kab. Kudus</a></td> <td class="" width="22">19</td> <td class="" width="592"><a target="_blank" href="http://cpns.jatengprov.go.id/pengumuman/6472%20Salatiga.pdf">Pemerintah Kota Salatiga</a></td> </tr> <tr class="even"> <td class="" width="22">8</td> <td class="" width="312"><a target="_blank" href="http://cpns.jatengprov.go.id/pengumuman/6412%20JEPARA.pdf">Pemerintah Kab. Jepara</a></td> <td class="" width="22">20</td> <td class="" width="592"><a target="_blank" href="http://cpns.jatengprov.go.id/pengumuman/6473%20Kota%20Pekalongan.pdf">Pemerintah Kota Pekalongan</a></td> </tr> <tr class="odd"> <td class="" width="22">9</td> <td class="" width="312"><a target="_blank" href="http://cpns.jatengprov.go.id/pengumuman/6414%20BLORA.pdf">Pemerintah Kab. Blora</a></td> <td class="" width="22">21</td> <td class="" width="592"><a target="_blank" href="http://cpns.jatengprov.go.id/pengumuman/6474%20Kota%20Tegal.pdf">Pemerintah Kota Tegal</a></td> </tr> <tr class="even"> <td class="" width="22">10</td> <td class="" width="312"><a target="_blank" href="http://cpns.jatengprov.go.id/pengumuman/6415%20Banyumas.pdf">Pemerintah Kab. Banyumas</a></td> <td class="" width="22">22</td> <td class="" width="592"><a target="_blank" href="http://cpns.jatengprov.go.id/pengumuman/6475%20Kota%20Magelang.pdf">Pemerintah Kota Magelang</a></td> </tr> <tr class="odd"> <td class="" width="22">11</td> <td class="" width="312"><a target="_blank" href="http://cpns.jatengprov.go.id/pengumuman/6416%20Cilacap.pdf">Pemerintah Kab. Cilacap</a></td> <td class="" width="22">23</td> <td class="" width="592"><a target="_blank" href="http://cpns.jatengprov.go.id/pengumuman/6400%20CPNS%202009%20JATENG.pdf">Pemerintah Provinsi Jawa Tengah</a></td> </tr> <tr class="even"> <td class="" width="22">12</td> <td class="" width="312"><a target="_blank" href="http://cpns.jatengprov.go.id/pengumuman/6417%20Purbalingga.pdf">Pemerintah Kab. Purbalingga</a></td> <td class="" width="22"><br /></td> <td class="" width="592"><br /></td> </tr> </tbody></table> </div></div> <h2 class="PostHeaderIcon-wrapper"><span class="contentheading" style="font-size:100%;">PENGADAAN CPNSD TAHUN 2009 SECARA <strong>MANDIRI</strong> OLEH MASING-MASING KABUPATEN /KOTA</span> </h2> <table id="table2" class="data" width="100%"><tbody><tr class="odd"> <td class="class" width="22">1</td> <td class="class" width="312"><a target="_blank" href="http://cpns.jatengprov.go.id/pengumuman/n6476n%20SURAKARTA.pdf">Pemerintah Kota Surakarta</a></td> <td class="class" width="22">8</td> <td class="class" width="597"><a target="_blank" href="http://cpns.jatengprov.go.id/pengumuman/n6421n%20wonosobo.pdf">Pemerintah Kab. Wonosobo</a></td> </tr> <tr class="even"> <td class="class" width="22">2</td> <td class="class" width="312"><a target="_blank" href="http://cpns.jatengprov.go.id/pengumuman/n6401n%20KAB%20SEMARANG.pdf">Pemerintah Kab. Semarang</a></td> <td class="class" width="22">9</td> <td class="class" width="597"><a target="_blank" href="http://cpns.jatengprov.go.id/pengumuman/n6424n%20Klaten.pdf">Pemerintah Kab. Klaten</a></td> </tr> <tr class="odd"> <td class="class" width="22">3</td> <td class="class" width="312"><a target="_blank" href="http://cpns.jatengprov.go.id/pengumuman/n6402n%20Kendal.pdf">Pemerintah Kab. Kendal</a></td> <td class="class" width="22">10</td> <td class="class" width="597"><a target="_blank" href="http://cpns.jatengprov.go.id/pengumuman/n6426n%20SRAGEN.pdf">Pemerintah Kab. Sragen</a></td> </tr> <tr class="even"> <td class="class" width="22">4</td> <td class="class" width="312"><a target="_blank" href="http://cpns.jatengprov.go.id/index.php?page=pengumuman#" onclick="javascript:alert('Untuk Sementara lihat pengumuman tempel')">Pemerintah Kab. Pekalongan</a></td> <td class="class" width="22">11</td> <td class="class" width="597"><a target="_blank" href="http://cpns.jatengprov.go.id/pengumuman/n6427n%20Sukoharjo.rar">Pemerintah Kab. Sukoharjo</a></td> </tr> <tr class="odd"> <td class="class" width="22">5</td> <td class="class" width="312"><a target="_blank" href="http://cpns.jatengprov.go.id/pengumuman/n6411n%20Pemalang.pdf">Pemerintah Kab. Pemalang</a></td> <td class="class" width="22">12</td> <td class="class" width="597"><a target="_blank" href="http://cpns.jatengprov.go.id/pengumuman/n6428n%20Karanganyar.pdf">Pemerintah Kab. Karanganyar</a></td> </tr> <tr class="even"> <td class="class" width="22">6</td> <td class="class" width="312"><a target="_blank" href="http://cpns.jatengprov.go.id/pengumuman/n6413n%20Rembang.pdf">Pemerintah Kab. Rembang</a></td> <td class="class" width="22">13</td> <td class="class" width="597"><a target="_blank" href="http://cpns.jatengprov.go.id/pengumuman/n6471n%20Kota%20SEMARANG.pdf">Pemerintah Kota Semarang</a></td> </tr> <tr class="odd"> <td class="class" width="22">7</td> <td class="class" width="312"><a target="_self" href="http://cpns.jatengprov.go.id/index.php?page=pengumuman#" onclick="javascript:alert('Untuk Sementara lihat pengumuman tempel')"><!--<a target="_blank" href="pengumuman/n6418n Banjarnegara.pdf">-->Pemerintah Kab. Banjarnegara</a></td> <td class="class" width="22"><br /></td> <td class="class" width="597"><br /></td></tr></tbody></table><br /></span>Ardhi Prabowohttp://www.blogger.com/profile/09263864430770480626noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-5809087208233114127.post-68847503025912779202009-10-26T06:49:00.001+07:002009-10-26T06:50:56.281+07:00Lowongan CPNS Pemkot Semarang 2009: 881 FormasiDitemui usai mengikuti Acara Pelepasan Calon Haji PNS Kota Semarang, Rabu(21/10) di Gedung Balaikota Semarang, Kepala Badan Kepegawaian Daerah(BKD) Kota Semarang, Agustin Lusin Dwimawati, SH, MM memberikan keterangan mengenai formasi Calon Pegawai Negeri Sipil Daerah(CPNSD) Kota Semarang tahun 2009. Menurut Agustin Lusin, untuk penerimaan CPNSD tahun 2009 ini Pemerintah Kota Semarang membuka peluang untuk 881 formasi. Jumlah tersebut, lanjutnya, sesuai dengan hasil persetujuan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara(Menpan) yang diterima kemarin(20/10).<span id="fullpost"><br /><br />Berdasarkan persetujuan Menpan tersebut, pada penerimaan CPNSD tahun 2009 ini Pemerintah Kota Semarang mendapat persetujuan 881 formasi yang terdiri dari 525 formasi umum dan 356 dari tenaga honorer.<br /><br />“Dari jumlah 525 formasi umum tersebut, 120 diantaranya adalah untuk tenaga pendidikan, 125 tenaga medis dan sisanya 280 untuk tenaga teknis,” ungkap Agustin Lusin. Lebih lanjut, menurut Ka. BKD Kota Semarang, pengumuman resmi rincian formasi dan tata cara pendaftaran penerimaan CPNSD Kota Semarang akan diumumkan secara serentak se- Jawa Tengah pada 26 Oktober 2009.<br /><br />Terkait dengan tenaga honorer Kota Semarang, Agustin Lusin mengungkapkan bahwa saat ini masih terdapat 583 orang tenaga honorer di Pemkot Semarang. 356 diantaranya sudah masuk dalam data base, sedangkan sisanya sejumlah 227 tenaga honorer belum masuk data base. Bagi para tenaga honorer yang belum masuk data base, lanjut Agustin, dapat mengikuti tes CPNSD formasi umum asal belum melampai batas usia pelamar umum yang ditetapkan maksimal berusia 35 tahun.<br />Mengenai pengajuan lamaran CPNSD, lanjut Agustin, akan dilakukan via pos setelah diumumkan pada tanggal 26 Oktober 2009 mendatang. Lebih lanjut, hari ini akan diadakan Rakor di Pemerintah Provinsi Jateng dengan membahas tata cara pendaftaran dan hal-hal lain yang terkait dengan penerimaan CPNSD tahun 2009.<br /><br />[<a href="http://www.semarang.go.id/cms/index.php?option=com_content&task=view&id=1156&Itemid=1">Referensi]</a><br /></span>Ardhi Prabowohttp://www.blogger.com/profile/09263864430770480626noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5809087208233114127.post-12041036177093381882009-10-20T22:18:00.003+07:002009-11-04T23:20:30.072+07:00Attitude QuestionnairesMorning brother,<br /><br />This article is talking about attitude evaluation, enthusiasm, and an example of its instrument to measure the attitude of student. I take this article from internet, and I met with Susan Burr collection. I forgot the address of its web, but maybe with this carbon copy, you may use it as reference.<br /><br /><span style="font-weight: bold; color: rgb(255, 0, 0);">Reference</span>:<br /><ol><li><span style="font-weight: bold;">Susan Burr</span><br /><span style="font-style: italic;">Observation 17th 2001 vol 5.</span><br /><span style="font-style: italic;">Scottish teacher Researcher conference 2001</span><br /></li></ol>"An attitude is a mental state of readiness, organised through experience, exerting an influence upon an individual's response to an object and the situations with which it is related." (Allport)<br /><span id="fullpost"><br />Attitudes are complex and difficult to measure. There are many techniques but not all are suitable for use in school.<br /><br />As a teacher researcher wanting to investigate the effect of new technology in school, one of the lines of research I followed was to use a questionnaire to ascertain the attitudes of my pupils to computers. There are a number of different ways of measuring attitude, the two methods I found most useful were the Likert and Semantic-Differential scales.<br /><br />A 'Likert' survey is made up of a series of statements which are related to a person's attitude to a single object, in this case using computers in school. Statements are either favorable or unfavourable towards the object.<br /><br />Example: Likert<br />Using a computer is exciting.<br />I would prefer the teacher to explain things rather than the computer.<br /><br />Each pupil then has to respond to each statement by saying whether they strongly agree, agree, neither agree nor disagree, disagree, strongly disagree.<br /><br />The Semantic-Differential method of measuring attitudes devised by Osgood consists of a concept, in this case using computers in schools, and a set of bipolar scales. The pupil has to indicate the direction and intensity of the association.<br /><br />The response above would mean that the pupil found using computers in school very exciting, quite interesting and useless for girls.<br /><br />Example: Semantic/ Differential<br /><br /><center><span xmlns=""><div><table style="border-collapse: collapse;" border="0"><colgroup><col style="width: 116px;"><col style="width: 26px;"><col style="width: 26px;"><col style="width: 26px;"><col style="width: 26px;"><col style="width: 26px;"><col style="width: 26px;"><col style="width: 123px;"></colgroup><tbody valign="top"><tr><td style="padding-left: 7px; padding-right: 7px;" colspan="8"><p><span style=";font-family:Times New Roman;font-size:10;" >A pupil might describe using computers in school in the following way:</span></p></td></tr><tr><td style="border-style: none solid solid; padding-left: 7px; padding-right: 7px;color:-moz-use-text-color black black;" colspan="2"><p style="text-align: right;"><span style=";font-family:Times New Roman;font-size:10;" >exciting</span></p></td><td style="border-style: none solid solid none; padding-left: 7px; padding-right: 7px;color:-moz-use-text-color black black -moz-use-text-color;" colspan="2"><p style="text-align: center;"><span style=";font-family:Times New Roman;font-size:10;" >1</span></p></td><td style="border-style: none solid solid none; padding-left: 7px; padding-right: 7px;color:-moz-use-text-color black black -moz-use-text-color;" colspan="2"><p style="text-align: center;"><span style=";font-family:Times New Roman;font-size:10;" >2</span></p></td><td style="border-style: none solid solid none; padding-left: 7px; padding-right: 7px;color:-moz-use-text-color black black -moz-use-text-color;" colspan="2"><p style="text-align: center;"><span style=";font-family:Times New Roman;font-size:10;" >3</span></p></td><td style="border-style: none solid solid none; padding-left: 7px; padding-right: 7px;color:-moz-use-text-color black black -moz-use-text-color;"><p style="text-align: center;"><span style=";font-family:Times New Roman;font-size:10;" >4</span></p></td><td style="border-style: none solid solid none; padding-left: 7px; padding-right: 7px;color:-moz-use-text-color black black -moz-use-text-color;"><p style="text-align: center;"><span style=";font-family:Times New Roman;font-size:10;" >5</span></p></td><td style="border-style: none solid solid none; padding-left: 7px; padding-right: 7px;color:-moz-use-text-color black black -moz-use-text-color;"><p style="text-align: center;"><span style=";font-family:Times New Roman;font-size:10;" >6</span></p></td><td style="border-style: none solid solid none; padding-left: 7px; padding-right: 7px;color:-moz-use-text-color black black -moz-use-text-color;"><p><span style=";font-family:Times New Roman;font-size:10;" >boring</span></p></td></tr><tr><td style="border-style: none solid solid; padding-left: 7px; padding-right: 7px;color:-moz-use-text-color black black;" colspan="2"><p style="text-align: right;"><span style=";font-family:Times New Roman;font-size:10;" >interesting</span></p></td><td style="border-style: none solid solid none; padding-left: 7px; padding-right: 7px;color:-moz-use-text-color black black -moz-use-text-color;" colspan="2"><p style="text-align: center;"><span style=";font-family:Times New Roman;font-size:10;" >1</span></p></td><td style="border-style: none solid solid none; padding-left: 7px; padding-right: 7px;color:-moz-use-text-color black black -moz-use-text-color;" colspan="2"><p style="text-align: center;"><span style=";font-family:Times New Roman;font-size:10;" >2</span></p></td><td style="border-style: none solid solid none; padding-left: 7px; padding-right: 7px;color:-moz-use-text-color black black -moz-use-text-color;" colspan="2"><p style="text-align: center;"><span style=";font-family:Times New Roman;font-size:10;" >3</span></p></td><td style="border-style: none solid solid none; padding-left: 7px; padding-right: 7px;color:-moz-use-text-color black black -moz-use-text-color;"><p style="text-align: center;"><span style=";font-family:Times New Roman;font-size:10;" >4</span></p></td><td style="border-style: none solid solid none; padding-left: 7px; padding-right: 7px;color:-moz-use-text-color black black -moz-use-text-color;"><p style="text-align: center;"><span style=";font-family:Times New Roman;font-size:10;" >5</span></p></td><td style="border-style: none solid solid none; padding-left: 7px; padding-right: 7px;color:-moz-use-text-color black black -moz-use-text-color;"><p style="text-align: center;"><span style=";font-family:Times New Roman;font-size:10;" >6</span></p></td><td style="border-style: none solid solid none; padding-left: 7px; padding-right: 7px;color:-moz-use-text-color black black -moz-use-text-color;"><p><span style=";font-family:Times New Roman;font-size:10;" >dull</span></p></td></tr><tr><td style="border-style: none solid solid; padding-left: 7px; padding-right: 7px;color:-moz-use-text-color black black;"><p style="text-align: right;"><span style=";font-family:Times New Roman;font-size:10;" >useful for girls</span></p></td><td style="border-style: none solid solid none; padding-left: 7px; padding-right: 7px;color:-moz-use-text-color black black -moz-use-text-color;"><p style="text-align: center;"><span style=";font-family:Times New Roman;font-size:10;" >1</span></p></td><td style="border-style: none solid solid none; padding-left: 7px; padding-right: 7px;color:-moz-use-text-color black black -moz-use-text-color;"><p style="text-align: center;"><span style=";font-family:Times New Roman;font-size:10;" >2</span></p></td><td style="border-style: none solid solid none; padding-left: 7px; padding-right: 7px;color:-moz-use-text-color black black -moz-use-text-color;"><p style="text-align: center;"><span style=";font-family:Times New Roman;font-size:10;" >3</span></p></td><td style="border-style: none solid solid none; padding-left: 7px; padding-right: 7px;color:-moz-use-text-color black black -moz-use-text-color;"><p style="text-align: center;"><span style=";font-family:Times New Roman;font-size:10;" >4</span></p></td><td style="border-style: none solid solid none; padding-left: 7px; padding-right: 7px;color:-moz-use-text-color black black -moz-use-text-color;"><p style="text-align: center;"><span style=";font-family:Times New Roman;font-size:10;" >5</span></p></td><td style="border-style: none solid solid none; padding-left: 7px; padding-right: 7px;color:-moz-use-text-color black black -moz-use-text-color;"><p style="text-align: center;"><span style=";font-family:Times New Roman;font-size:10;" >6</span></p></td><td style="border-style: none solid solid none; padding-left: 7px; padding-right: 7px;color:-moz-use-text-color black black -moz-use-text-color;"><p><span style=";font-family:Times New Roman;font-size:10;" >useless for girls</span></p></td></tr></tbody></table></div></span></center><br /><br /><br />Getting Started<br /><br />Having decided to use an attitude questionnaire the following need to be considered<br /><br /><ol><li>Do I know anyone else who has done this before?<br />Picking other folks brains is always useful, this is one of the jobs of the network. There are lots of articles describing work which has involved attitude measurement, you can start your library search with "Attitudes".<br /><br /></li><li>What type of survey do I want to do?<br />You could use Likert or Semantic-Differential scales but whatever you choose must be appropriate and easy to make up.<br /><br /></li><li>How do I generate questions?<br />This is especially important if you are using the Likert scale. The more ideas the better, pupils and colleagues can be asked to contribute.<br /><br /></li><li>How do I present the survey?<br />Worked examples help the people who are going to fill in the survey.<br /><br /></li><li>Is my survey valid?<br />There is no point in spending time on collecting data that means nothing. It is always a good idea to pilot your survey with a small group, it helps to iron out some of the problems.<br /><br /></li><li>The sample size must be big enough especially if you are going to subdivide into say boys and girls.<br />You should be getting similar answers to similar questions.<br /><br /></li><li>What am I going to do with the results?<br />These scales will give you negative and positive attitudes. You can also use them to compare two similar groups or to follow one group through a period of time and observe any change in attitude. If you are comparing groups or two sets of data from one individual you can use a X2 test to see if there is a change in attitude.</li></ol>A good all-purpose reference to get you started is the International Encyclopedia of Education (see below), hopefully available in your local college of education or university library. This set of books together with the index gives further information about attitudes and their measurement, including the other types of scales available. The standard text on questionnaire design and attitude measurement is by A N Oppenheim, first published in 1966, 2nd revised edition 1992.<br /><br />References of Burr's<br />Husen & Postlethwaite (ed) (1985) International Encyclopaedia of Education (research and studies) Pergamon Press.<br /><br />OPPENHEIM, A N (1992) Questionnaire Design and Attitude Measurement. (2nd rev. ed.) Pinter Publications.</span>Ardhi Prabowohttp://www.blogger.com/profile/09263864430770480626noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5809087208233114127.post-52730874112614718532009-10-05T23:09:00.002+07:002009-10-05T23:20:21.119+07:00Teori Belajar PiagetAssalamu'alaikum wr.wb.<br /><br />Malam sobat blogger, penulis muda, dan kawan semuanya. Sekian lama sudah saya tak menulis tentang karya tulis. Sebelumnya, saya sampaikan bela sungkawa atas musibah yang terjadi di Padang, Jambi, dan Tasik. Semoga Allah menerima mereka dalam keadaan syahid. Sobat, malam ini saya membuka lagi skripsi yang telah berumur 5 tahunan lalu, dan saa temukan sedikit bagian menarik, yaitu tentang teori belajar Piaget.<span id="fullpost"><br /><br /><span style="font-size:130%;"><span style="font-weight: bold; color: rgb(255, 0, 0);">Teori Piaget</span></span><br /><br />Piaget mengemukakan tiga prinsip utama dalam pembelajaran antara lain:<br /><ol><li><span style="font-weight: bold;">Belajar aktif</span><br />Proses pembelajaran merupakan proses aktif, karena pengetahuan terbentuk dari dalam subjek belajar. Sehingga untuk membantu perkembangan kognitif anak perlu diciptakan suatu kondisi belajar yang memungkinkan anak dapat belajar sendiri misalnya melakukan percobaan, memanipulasi simbol-simbol, mengajukan pertanyaan dan menjawab sendiri, membandingkan penemuan sendiri dengan penemuan temannya.<br /><br /></li><li><span style="font-weight: bold;">Belajar lewat interaksi sosial</span><br />Dalam belajar perlu diciptakan suasana yang memungkinkan terjadi interaksi di antara subjek belajar. Piaget percaya bahwa belajar bersama akan membantu perkembangan kognitif anak. Dengan interaksi sosial, perkembangan kognitif anak akan mengarah ke banyak pandangan, artinya khasanah kognitif anak akan diperkaya dengan macam-macam sudut pandangan dan alternatif tindakan.<br /><br /></li><li><span style="font-weight: bold;">Belajar lewat pengalaman sendiri</span><br />Perkembangan kognitif anak akan lebih berarti apabila didasarkan pada pengalaman nyata dari pada bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi. Jika hanya menggunakan bahasa tanpa pengalaman sendiri, perkembangan kognitif anak cenderung mengarah ke verbalisme (Sugandi, 2004:36). Piaget dengan teori konstruktivisnya berpendapat bahwa pengetahuan akan dibentuk oleh siswa apabila siswa dengan objek/orang dan siswa selalu mencoba membentuk pengertian dari interaksi tersebut.<br /></li></ol>Siswa akan memahami pelajaran bila siswa aktif sendiri membentuk atau menghasilkan pengertian dan hal-hal yang diinderanya, penginderaan dapat terjadi melalui penglihatan, pendengaran, penciuman, dan sebagainya (Supriyadi, 2005:6). Pengertian yang dimiliki siswa merupakan bentukannya sendiri dan bukan hasil bentukan orang lain.</span>Ardhi Prabowohttp://www.blogger.com/profile/09263864430770480626noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-5809087208233114127.post-47220654843885479092009-09-30T14:31:00.003+07:002009-09-30T14:37:24.826+07:00Apa kata dunia?Assalamualaikum wr.wb.<br /><span style="font-weight: bold;"><br /><span style="font-style: italic;">Hahahaha...</span></span><br /><br />Akhirnya NPWPku jadi. 5 tahun kerja jadi kuli pemerintah, baru kali ini saya punya NPWP. Nista juga mestinya, ketika yang lain punya kenapa aku tidak? Dan ngurus NPWP mudah, cuepeetnya luar biasa, asalkan bawa KTP asli dan Fotokopinya 1 lembar, 5 menit jadi. Suwerrrr.....<br />Nih dia buktinya...<br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhwFrTytzIIguAOZqpNKbu06womcCl8Z0cFOE38mg6bAiMKh8p3KgTdbRYOAmPjA5tjS0Qg9mWwacnZbS1YSqzheYiFUCTY9GwhShx3uAz618e-xi3uo5ahQeHV6kYaU0RZMagKoEBXKHU/s1600-h/Picture+001.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 200px; height: 125px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhwFrTytzIIguAOZqpNKbu06womcCl8Z0cFOE38mg6bAiMKh8p3KgTdbRYOAmPjA5tjS0Qg9mWwacnZbS1YSqzheYiFUCTY9GwhShx3uAz618e-xi3uo5ahQeHV6kYaU0RZMagKoEBXKHU/s200/Picture+001.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5387161044654801154" border="0" /></a>Ardhi Prabowohttp://www.blogger.com/profile/09263864430770480626noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-5809087208233114127.post-29465789285054934712009-09-19T00:10:00.001+07:002009-09-19T00:12:42.327+07:00Met Iedul Fitri 1430 H<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiQq22au14Uqs0OwzHAkbewWVloJ48run8sxS0KL9IAVgJthQkU9sGVhyphenhyphenR8BAf_xjOZyq9e8TMfWq8ckoGNAcaGwAyHPvatLnFafIRQ7eZzyzAltVc2VZVQyZ7TRe0VvPgIm0dwc-EdAw8/s1600-h/lebaran-1.png"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 320px; height: 320px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiQq22au14Uqs0OwzHAkbewWVloJ48run8sxS0KL9IAVgJthQkU9sGVhyphenhyphenR8BAf_xjOZyq9e8TMfWq8ckoGNAcaGwAyHPvatLnFafIRQ7eZzyzAltVc2VZVQyZ7TRe0VvPgIm0dwc-EdAw8/s320/lebaran-1.png" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5382856272349105970" border="0" /></a>Ardhi Prabowohttp://www.blogger.com/profile/09263864430770480626noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-5809087208233114127.post-81615449753896219072009-08-26T17:26:00.004+07:002009-08-26T17:37:25.282+07:00Pembelajaran dengan Penemuan (Discovery Learning)Assalamu'alaikum wr.wb.<br /><br />Sahabat kami mengirim sebuah email pendek meminta referensi tentang metode penemuan. Hmmmm… ada sedikit, namun rasanya bukan langsung membidik kepada metode penemuan itu, namun membawa sahabat untuk memahami konsep metode penemuan dalam kaitannya dengan konsep berpikir kritis. Referensi ini saya dapat dari kawan-kawan kampus termasuk istri saya tercinta <a href="http://laely-laelyblogspotcom.blogspot.com/">Laely Rohmatin Apriliani</a> yang baru saja melangsungkan sidang ujian skripsinya. Congratulations my honey….<br />Silahkan baca artikel kami.<br /><span id="fullpost"><br /><span style="color: rgb(255, 0, 0);">Referensi</span><br /><ol><li>Pott, B. (1994). Strategies for Teaching Critical Thinking. Practical Asessment, Research & Evaluation, 4 (3). </li><li>Ruseffendi, E.T. (1988). Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pendidikan Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung : Tarsito. </li><li>Dahar, R.W. (1988). Teori-teori Belajar. Jakarta: Departemen P dan K Direktorat Jendral Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan </li><li>Ernest, P (1991). The Philosophy of Mathematics Education. London: The Falmer Press. </li><li>Dreyfus, T. (1991). Advanced Mathematical Thinking Processes. Dalam David Tall (editor). Advanced Mathematical Thinking. London : Kluwer Academic Publiser. </li><li>Quirk, B. The NCTM Calls it "Learning Math" Chapter 4 of Understanding the Original NCTM Standards. Tersedia: http:// www.wgquirk.com/chap4. html. </li><li>Castronova, J. A. (2002). Discovery Learning for the 21st Century: What is it and how does it compare to traditional learning in the 21st Century. Tersedia: http://chiron.valdosta.edu/ are/Litreviews/vol1no1/castronova_litr . pdf. </li></ol><br /><span style="font-weight: bold; color: rgb(51, 102, 255);font-size:130%;" >ARTIKEL LENGKAP</span><br /><br />Dalam kegiatan belajar-mengajar dosen memegang peranan kunci dalam usaha pengembangan kemampuan berpikir kritis. Untuk itu dosen perlu memahami strategi pembelajaran atau pendekatan-pendekatan pembelajaran yang tepat agar mahasiswa mampu berpikir kritis dan mendorong mahasiswa agar berpikir kritis. Pott (1994) menyatakan ada tiga strategi spesifik untuk pembelajaran kemampuan berpikir kritis, yakni membangun kategori, menentukan masalah, dan menciptakan lingkungan yang mendukung.<br /><br />Kategori dibangun berdasarkan konsep yang ingin disampaikan dosen dalam pembelajaran. Strategi membangun kategori merupakan penalaran induktif yang membantu mahasiswa mengkategorikan informasi dengan penemuan aturan dibandingkan hanya dengan mengingat. Melalui pengamatan sifat-sifat bersama yang dimiliki dan sifat-sifat yang tidak dimiliki mahasiswa membangun pemahaman suatu konsep. Pembelajaran aktif seperti itu menghasilkan pemahaman konsep yang baik dan bertahan lama dan lebih memungkinkan untuk mengaitkan materi dibandingkan dengan metode pengajaran langsung.<br /><br /> Untuk mencapai suatu pemahaman konsep, identifikasi masalah dapat membantu menciptakan suasana berpikir bagi peserta didik. Keberhasilan dalam pembelajaran ini ditentukan pula oleh terciptanya keadaan pada saat proses pembelajaran yang menyenangkan.<br />Strategi yang ketiga menurut Pott (1994) adalah menciptakan lingkungan yang mendukung. Berpikir kritis dalam kelas difasilitasi oleh lingkungan fisik dan intelektual yang mendorong semangat untuk menemukan. Salah satu lingkungan fisik yang mendukung berpikir kritis dalam kelas adalah susunan tempat duduk mahasiswa. Bila tempat duduk mahasiswa disusun sedemikian sehingga mahasiswa dapat saling berinteraksi dengan mahasiswa yang lain dan dengan dosen ini membantu mahasiswa untuk berpikir kritis.<br /><br />Lingkungan intelektual yang mendorong mahasiswa untuk menemukan dapat diciptakan melalui pembelajaran penemuan. Metode penemuan merupakan teknik pengajaran yang dalam pelaksanaannya mahasiswa diarahkan untuk menemukan informasi dari bahan ajar yang dipelajarinya. Pembelajaran dengan penemuan merupakan pembelajaran yang memberikan kesempatan mahasiswa untuk aktif.<br /><br />Menurut Ruseffendi (1988) <span style="font-weight: bold; color: rgb(255, 0, 0);">metode penemuan </span>adalah metode mengajar yang mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya itu tidak melalui pemberitahuan: sebagian atau seluruhnya ditemukan sendiri. Dengan demikian dalam pembelajaran dengan penemuan, mahasiswa dapat memperoleh pengetahuan dari pengalamannya menyelesaikan masalah bukan melalui transmisi dari dosen.<br />Salah satu tujuan pembelajaran penemuan adalah agar mahasiswa memiliki kemampuan berpikir kritis. Hal ini disebabkan mahasiswa melakukan aktivitas mental sebelum materi yang dipelajari dapat dipahami. Aktivitas mental tersebut misalnya menganalisis, mengklasifikasi, membuat dugaan, menarik kesimpulan, menggeneralisasi dan memanipulasi informasi. Bruner (Dahar, 1988) menganggap bahwa belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia, dan dengan sendirinya memberikan hasil yang paling baik.<br />Ruseffendi (1988) menyatakan belajar penemuan itu penting, sebab matematika adalah bahasa yang abstrak : konsep dan lain-lainnya itu akan lebih melekat bila melalui penemuan dan dapat meningkatkan kemampuan memecahkan masalah. Menurut Ernest (1991) bahwa belajar matematika adalah pertama dan paling utama adalah aktif, dengan siswa belajar melalui permainan, kegiatan, penyelidikan, proyek, diskusi, eksplorasi, dan penemuan.<br />Dreyfus (1991) menegaskan bahwa penemuan, intuisi, dan memeriksa kembali (mengecek) adalah hanya permulaan dari serangkaian proses matematika, tujuaannya tetap memahami hubungan yang abstrak. Oleh karena itu aktivitas mahasiswa harus dari penemuan, intuisi dan memeriksa kembali (mengecek) menuju proses-proses yang lebih formal seperti mendefinisikan dan membuktikan.<br /><br />Dari pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam mengajar matematika, dosen tidak perlu menjejalkan seluruh informasi kepada mahasiswa. Dosen perlu membimbing suasana belajar mahasiswa sehingga mencerminkan proses penemuan bagi mahasiswa. Materi yang disajikan kepada mahasiswa bentuk akhirnya atau cara mencarinya tidak diberitahukan. Mahasiswa diberi kesempatan untuk mencari dan menemukan informasi dari bahan ajar yang dipelajari, dosen hanya sebagai fasilitator saja.<br /><br />Belajar melalui penemuan berpusatkan pada mahasiswa. Belajar menemukan, menyebabkan mahasiswa berkembang potensi intelektualnya. Dengan menemukan hubungan dan keteraturan dari materi yang sedang dipelajari, mahasiswa menjadi lebih mudah mengerti struktur materi yang dipelajari. Mahasiswa lebih mudah mengingat konsep, struktur atau rumus yang telah ditemukan.<br /><br />Dahar (1988) menyatakan beberapa keuntungan belajar menemukan yaitu<br /><ol><li>pengetahuan bertahan lama atau lebih mudah ingat.<br /></li><li>hasil belajar penemuan mempunyai efek transfer yang lebih baik dengan kata lain konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang dijadikan milik kognitif seseorang lebih mudah diterapkan pada situasi-situasi baru. </li><li>Secara menyeluruh belajar penemuan meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk berpikir bebas. </li></ol>Selain beberapa keuntungan dari belajar menemukan seperti yang dijelaskan di atas, belajar menemukan juga mempunyai kelemahan yaitu belajar menemukan membutuhkan waktu persiapan dan belajar yang lebih lama dibandingkan dengan belajar menerima, kelas tidak terlalu besar agar mahasiswa mendapat perhatian dosen, dan belajar menemukan tidak menjangkau seluruh materi yang dianjurkan oleh kurikulum. Hal ini sejalan dengan pendapat <span style="font-weight: bold; color: rgb(51, 102, 255);">Dreyfus (1991) yang menyatakan bahwa belajar dengan penemuan</span> menghabiskan waktu dan ini salah satu alasan mengapa dosen cenderung tidak menggunakan penemuan.<br />Melihat kelemahan belajar penemuan, maka diperlukan kombinasi dalam pembelajarannya, yaitu dosen tidak sepenuhnya melepas mahasiswa untuk menemukan konsep, prosedur dan prinsip sendiri melainkan dapat berkolaborasi dengan teman. Untuk memperkecil (mengurangi) kelemahan-kelemahan tersebut maka diperlukan bantuan dosen. Quirk (1989) menyatakan bahwa guru matematika yang baik membantu siswanya menemukan matematika.<br /><br />Biknell-Holmes dan Hoffman (Castronova, 2002: 2) menjelaskan tiga ciri utama belajar menemukan<br /><ol><li>Mengeksplorasi dan memecahkan masalah untuk menciptakan, menggabungkan dan menggeneralisasi pengetahuan. </li><li>Berpusat pada mahasiswa. </li><li>Kegiatannya untuk menggabungkan pengetahuan baru dan pengatahuan yang sudah ada. </li></ol>Pada metode penemuan konsep dan prosedur yang dipelajari mahasiswa merupakan hal yang baru, belum diketahui sebelumnya. Oleh karena itu beberapa instruksi atau petunjuk perlu diberikan kepada mahasiswa apabila mereka belum mampu menunjukkan ide atau gagasan. Dalam menemukan konsep dan prosedur yang dipelajari, sebaiknya mahasiswa tidak dilepas begitu saja bekerja untuk menemukan, tetapi diberikan bimbingan agar mahasiswa tidak tersesat. Bimbingan tersebut dapat dimulai dengan mengajukan beberapa pertanyaan dan dengan memberikan informasi secara singkat.<br /><br />Untuk sampai kepada konsep yang harus ditemukan, sangat tergantung kepada pengetahuan siap mahasiswa dan pengetahuan baru mahasiswa yang baru saja diperolehnya. Oleh karena itu metode penemuan yang diterapkan dalam proses pembelajaran adalah metode penemuan terbimbing dan dibawakan melalui bekerja dalam kelompok. Dengan kata lain metode penemuan terbimbing dengan setting belajar kooperatif.</span>Ardhi Prabowohttp://www.blogger.com/profile/09263864430770480626noreply@blogger.com4