Contoh Proposal PTK Matematika

Assalamu'alaikum wr.wb.

Sahabat, akhirnya mengupload juga saya proposal PTK yang baru saya kerjakan bersama tim DBE. Kebetulan, kemarin Selasa sampai dengan Jum'at ini saya dengan teman-teman se Indonesia ada workshop di Jakarta. Penyelenggaranya adalah USAID dalam program DBE3. Lumayanlah, bisa berbagi ilmu dan belajar dari teman-teman dari luar propinsi. Mohon maaf, proposal yang saya tulis ini bukan versi download ya sahabat. Silahkan copy dan paste menggunakan office yang sahabat gunakan. Namun, harapan saya, contoh ini hanyalah sekedar anduan bagaimana peyusunan PTK dilakukan. Selamat berkarya…

Judul Penelitian
Implementasi apersepsi yang efektif agar siswa dapat mengingat materi sebelumnya untuk meningkatkan penguasaan konsep matematika siswa kelas VII MTs Negeri Cepogo Kabupaten Boyolali

Pendahuluan
Situasi pembelajaran yang diterapkan di Madrasah Tsanawiyah Negeri Cepogo, Kabupaten Boyolali adalah system pembelajaran berbasis kontekstual (CTL). Unsur-unsur pembelajaran Kontekstual seperti pembelajaran konstruktivisme, penemuan (Inkuiry), Pemodelan, Refleksi dan pemanfaatan media sudah dilaksanakan dengan maksimal. Persepsi siswa tentang matematika bahwa matematika adalah pelajaran yang sukar membuat pembelajaran menjadi tidak optimal.
Realita yang terjadi di pada pembelajaran matematika khususnya kelas VII tidak seperti yang diharapkan. Di awal pembelajaran matematika ketika siswa ditanya mengenai materi pelajaran yang telah lalu, sebagian besar siswa lupa dan tidak mau menjawab. Sebagian besar siswa tidak dapat merespon pertanyaan–pertanyaan yang diberian guru guru terkait dengan materi pelajaran yang telah dipelajari sebelumnya.
Proses tanya jawab tersebut lazim terjadi di awal pembelajaran pada bagian apersepsi. Apersepsi merupakan aktivitas pembelajaran yang dilakukan guru kepada siswa untuk menghubungan materi pelajaran yang telah diajarkan sebelumnya dengan materi pelajaran pelajaran baru, sebagai batu loncatan sejauh mana anak didik mengusai pelajaran materi pelajaran yang telah diajarkan sebelumnya lama sehingga dapat membantu siswa dalam menyerap marteri pelajaran baru. Salah satu muatan yang disampaikan dalam apersepsi adalah mengingatkan kembali peserta didik terhadap materi ajar yang telah dipelajari sebelumnya. Hal ini penting dilakukan karena ada keterkaitan antara materi ajar sebelumnya dengan yang akan dipelajari sehingga akan terjadi keruntutan materi ajar dalam diri peserta didik.
Dalam kegiatan pembelajaran matematika apersepsi menjadi bagian yang sangat penting untuk mendapat perhatian karena matamatika termasuk pelajaran yang bersifat deduktif aksiomatis dan keterkaitan antar sub-sub pokok bahasan dalam satu pokok bahasan sangat tinggi. Ketika proses apersepsi dan motivasi ini tidak dilaksanakan siswa akan mengalami kesulitan mempelajari materi berikutnya yang selalu berkaitan.
Apersepsi dimaksudkan agar siswa dapat mengetahui apa yang diperlukan untuk memahami pengetahuan yang akan diterima dalam pembelajaran. Apersepsi pembelajaran matematika biasanya berisi tentang materi prasyarat yang dibutuhkan. Pada bagian inilah guru di MTs Cepogo Boyolali merasa ada hal yang mengganggu pembelajaran, yaitu ketiak peserta didik tidak dapat dengan cepat menjawab pertanyaan-pertanyaan pada apersepsi.
Kekhawatiran para guru disebabkan materi pada apersepsi lazim digunakan sebagai syarat minimal dalam memahami materi. Jika materi prasyarat tidak dikuasai oleh peserta didik, dikhawatirkan waktu pembelajaran terkurangi oleh sebab Guru harus menerangkan materi prasarat yang dibutuhkan.
Beberapa kemungkinan penyebab terjadinya kegagalan dalam aperserpsi ini adalah:
kemampuan peserta didik terbatas, sehingga siswa mudah lupa terhadap konsep yang telah dipelajari sebelumnya;
kemauan belajar peserta didik kurang sehingga di rumah siswa tidak mengulang materi yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya; dan
siswa tidak mengerjakan PR yang diberikan guru.
Permasalahan di atas harus segera diatasi karena kegagalan guru dalam proses apersepsi akan berakibat pada kegagalan proses pembelajaran secara keseluruhan, guru terpaksa mengulang-ulang materi yang telah lalu sehingga proses pembelajaran hanya berjalan ditempat. Kurikulum sekolah menuntut guru untuk dapat menyelesaikan materi sesuai dengan waktunya, sehingga jika guru selalu mengulang-ulang materi yang telah diajarkan, waktu yang diperlukan guru menjadi lebih lama.

Perumusan dan Pemecahan Masalah
Perumusan masalah
Bagaimana implementasi apersepsi yang efektif agar siswa dapat mengingat kembali materi sebelumnya dalam rangka meningkatkan penguasan konsep matematika siswa kelas VII MTs Negeri Cepogo?
Pemecahan Masalah
Agar siswa dapat mengingat kembali materi sebelumnya dalam rangka meningkatkan penguasaan konsep matematika siswa kelas VII di MTs Negeri Cepogo, maka dilakukan beberapa tindakan sebagai berikut:
  1. dengan memberi quis di awal pembelajaran terintegrasi dengan apersepsi;
  2. dengan memberi quis di awal pembelajaran terintegrasi dengan apersepsi dilanjutkan dengan tanya jawab terkait materi prasyarat yang diperlukan; dan
  3. dengan memberi quis di awal pembelajaran terintegrasi dengan apersepsi dilanjutkan dengan tanya jawab terkait materi prasyarat yang diperlukan dilengkapi dengan pemberian quis di akhir pembelajaran.

Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah: mendeskripsikan implementasi apersepsi yang efektif agar siswa dapat mengingat kembali materi sebelumnya dalam rangka meningkatkan penguasan konsep matematika siswa kelas VII MTs Negeri Cepogo.
Manfaat yang diharapkan dari penelitian yang dilakukan ini adalah :
siswa dapat meningkatkan penguasaan konsep matematika
siswa dapat mendapatkan kesempatan untuk meningkatkan penguasaan materi yang telah lalu
guru mendapatkan suatu strategi pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan penguasaan konsep matematika pada peserta didik

Kajian Pustaka
Belajar dan Prestasi Belajar
Belajar dan pembelajaran merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan dalam kehidupan manusia. Dengan belajar manusia dapat mengembangkan potensi-potensi yang dimilikinya. Tanpa belajar manusia tidak mungkin dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Winkel (dalam Darsono, 2000:4) menyatakan belajar adalah aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap. Sartain (dalam Darsono, 2000:4) menyatakan bahwa belajar didefinisikan sebagai suatu perubahan perilaku sebagai hasil pengalaman. Perubahan tersebut antara lain ialah cara merespon suatu sinyal, cara menguasai suatu keterampilan dan mengembangkan sikap terhadap suatu objek.
Winkel (dalam Darsono, 2000:4) menyatakan bahwa belajar adalah aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap.
Belajar akan mengubah perilaku mental siswa yang belajar (Dimyati dan Mudjiono, 2002:5). Agar belajar dapat berkualitas dengan baik, perubahan itu harus dilahirkan oleh pengalaman dan oleh interaksi antara orang dengan lingkungannya.

Penguasaan Konsep Matematika
Matematika adalah bidang studi yang terdiri dari objek-objek matematika. Objek matematika tersebut terbagi menjadi dua yaitu objek langsung dan objek tak langsung. Objek langsung berupa fakta, konsep, prinsip, dan skill (Gagne, 1983). Untuk menguasai konsep matematika secara utuh, maka siswa harus dapat memahami objek-objek matematika secara keseluruhan.
Untuk mempelajari matematika, prinsip mathematics connections merupakan salah satu cara untuk memahami matematika secara utuh (NCTM, 1989). Prinsip mathematics connection adalah suatu proses dalam pola berpikir siswa yang membutuhkan pengetahuan yang sudah ada untuk memahami pengetahuan baru.
Dalam penelitian ini prinsip penguasaan konsep matematika adalah menguasai konsep matematika dengan memahami pengetahuan yang sudah ada dan menggunakan pengetahun tersebut untuk mempercepat pemahaman konsep. Penguasaan konsep yang sudah ada diperkuat dalam kegiatan awal pembelajaran untuk memperkuat penguasaan konsep siswa pada pembelajaran.

Apersepsi dan Persepsi Matematika Siswa
Apersepsi merupakan aktivitas pembelajaran yang dilakukan guru kepada siswa untuk menghubungan materi pelajaran yang telah diajarkan sebelumnya dengan materi pelajaran pelajaran baru, sebagai batu loncatan sejauh mana anak didik mengusai pelajaran materi pelajaran yang telah diajarkan sebelumnya lama sehingga dapat membantu siswa dalam menyerap materi pelajaran baru. Salah satu muatan yang disampaikan dalam apersepsi adalah mengingatkan kembali peserta didik terhadap materi ajar yang telah dipelajari sebelumnya. Hal ini penting dilakukan karena ada keterkaitan antara materi ajar sebelumnya dengan yang akan dipelajari sehingga akan terjadi keruntutan materi ajar dalam diri peserta didik (Lucas, 2007:2).
Dalam kegiatan pembelajaran matematika apersepsi menjadi bagian yang sangat penting untuk mendapat perhatian karena matamatika termasuk pelajaran yang bersifat induktif dan keterkaitan antar sub-sub pokok bahasan dalam satu pokok bahasan sangat tinggi. Ketika proses apersepsi dan motivasi ini tidak dilaksanakan siswa akan mengalami kesulitan mempelajari materi berikutnya yang selalu berkaitan.

Penilaian Pembelajaran
Evaluasi Hasil Belajar antara lain mengunakan tes untuk melakukan pengukuran hasil belajar. Tes dapat didefinisikan sebagai seperangkat pertanyaan dan/atau tugas yang direncanakan untuk memperoleh informasi tentang trait, atribut pendidikan, psikologik atau hasil belajar yang setiap butir pertanyaan atau tugas tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan yang dianggap benar. Pengukuran diartikan sebagai pemberian angka pada status atribut atau karakteristik tertentu yang dimiliki oleh orang, hal, atau obyek tertentu menurut aturan atau formulasi yang jelas (Jutmini, 2007:2).
Penilaian adalah suatu proses untuk mengambil keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar baik yang menggunakan instrumen test maupun non-test. Penilian dimaksudkan untuk memberi nilai tentang kualitas hasil belajar Secara klasik tujuan evaluasi hasil belajar adalah untuk membedakan kegagalan dan keberhasilan seorang peserta didik. Namun dalam perkembangannya evaluasi dimaksudkan untuk memberikan umpan balik kepada peserta didik maupun kepada pembelajar sebagai pertimbangan untuk melakukan perbaikan serta jaminan terhadap pengguna lulusan sebagai tanggung jawab institusi yang telah meluluskan. Tes, pengukuran dan penilaian berguna untuk : seleksi, penempatan, diagnosis dan remedial, umpan balik, memotivasi dan membimbing belajar, perbaikan kurikulum dan program pendidikan serta pengembangan ilmu.
Penilaian merupakan rangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan (Jutmini, 2007:12).
Penilaian dalam KTSP adalah penilaian berbasis kompetensi, yaitu bagian dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan untuk mengetahui pencapaian kompetensi peserta didik yang meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Penilaian dilakukan selama proses pembelajaran dan/atau pada akhir pembelajaran. Fokus penilaian pendidikan adalah keberhasilan belajar peserta didik dalam mencapai standar kompetensi yang ditentukan. Pada tingkat mata pelajaran, kompetensi yang harus dicapai berupa Standar Kompetensi (SK) mata pelajaran yang selanjutnya dijabarkan dalam Kompetensi Dasar (KD). Untuk tingkat satuan pendidikan, kompetensi yang harus dicapai peserta didik adalah Standar Kompetensi Lulusan (SKL).
Kualitas pendidikan sangat ditentukan oleh kemampuan satuan pendidikan dalam mengelola proses pembelajaran. Penilaian merupakan bagian yang penting dalam pembelajaran. Dengan melakukan penilaian, pendidik sebagai pengelola kegiatan pembelajaran dapat mengetahui kemampuan yang dimiliki peserta didik, ketepatan metode mengajar yang digunakan, dan keberhasilan peserta didik dalam meraih kompetensi yang telah ditetapkan. Berdasarkan hasil penilaian, pendidik dapat mengambil keputusan secara tepat untuk menentukan langkah yang harus dilakukan selanjutnya. Hasil penilaian juga dapat memberikan motivasi kepada peserta didik untuk berprestasi lebih baik.
Penilaian dalam KTSP menggunakan acuan kriteria. Maksudnya, hasil yang dicapai peserta didik dibandingkan dengan kriteria atau standar yang ditetapkan. Apabila peserta didik telah mencapai standar kompetensi yang ditetapkan, ia dinyatakan lulus pada mata pelajaran tertentu. Apabila peserta didik belum mencapai standar, ia harus mengikuti program remedial/perbaikan sehingga mencapai kompetensi minimal yang ditetapkan (Jutmini, 2007:5).
Penilaian yang dilakukan harus memiliki asas keadilan yang tinggi. Maksudnya, peserta didik diperlakukan sama sehingga tidak merugikan salah satu atau sekelompok peserta didik yang dinilai. Selain itu, penilaian tidak membedakan latar belakang sosial-ekonomi, budaya, bahasa, jender, dan agama. Penilaian juga merupakan bagian dari proses pendidikan yang dapat memacu dan memotivasi peserta didik untuk lebih berprestasi meraih tingkat yang setinggi-tingginya sesuai dengan kemampuannya.
Pada penelitian ini tes yang dimaksud adalah tes diagnosis berbentuk isian singkat dengan item pertanyaan tidak lebih dari 5 butir. Waktu pelaksanaan quis ini maksimal 8 menit dan terintegrasi dalam kegiatan apersepsi. Substansi quis adalah materi pembelajaran yang baru saja diajarkan pada pembelajaran sebelumnya dan materi prasyarat untuk memahami materi pada pembelajaran yang akan berlangsung.

Motivasi Belajar
Gagne (1983:12) menyatakan bahwa belajar sebagai hasil dari pembentukan hubungan antara rangsangan dari luar (stimulus) serta tanggapan dari dalam diri si anak (response) yang bisa diamati. Stimulus tersebut dapat berasal dari mana saja. Stimulus yang dari dalam disebut motivasi.
Motivasi belajar adalah proses internal yang mengaktifkan, memandu dan mempertahankan perilaku dari waktu ke waktu. Individu termotivasi karena berbagai alasan yang berbeda, dengan intensitas yang berbeda. Sebagai misal, seorang siswa dapat tinggi motivasinya untuk menghadapi tes ilmu sosial dengantujuan mendapatkan nilai tinggi (motivasi ekstrinsik) dan tinggi motivasinya menghadapi tes matematika karena tertarik dengan mata pelajaran tersebut (motivasi intrinsik).
Motivasi belajar adalah proses internal yang mengaktifkan, memandu dan mempertahankan perilaku dari waktu ke waktu. Individu termotivasi karena berbagai
alasan yang berbeda, dengan intensitas yang berbeda. Sebagai misal, seorang siswa dapat tinggi motivasinya untuk menghadapi tes ilmu sosial dengantujuan mendapatkan nilai tinggi (motivasi ekstrinsik) dan tinggi motivasinya menghadapi tes matematika karena tertarik dengan mata pelajaran tersebut (motivasi intrinsik).
Penelitian ini memfokuskan diri pada tindakan memberikan quis sebagai bagian dari apersepsi. Sesuai dengan penjelasan pada kondisi setting pada pendahuluan, dapat ditarik testimoni bahwa pembelajaran pada MTs Cepogo sudah sesuai dengan kondisi siswa. Dalam kenyataannya, agar siswa menjadi lebih termotivasi untuk belajar materi yang baru diajarkan, pemberian quis di awal kegiatan pembelajaran menjadi hal yang sesuai. Secara teoritis, pemberian quis sebagai bagian dari apersepsi merupakan motivasi ekstrinsik siswa untuk belajar materi sebelumnya, sehingga materi prasyarat yang dimiliki siswa menjadi lengkap dan utuh.

Rencana dan Prosedur Penelitian
Rencana Penelitian
Setting penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII MTs Negeri Cepogo Kabupaten Boyolali dengan jumlah siswa 38 orang terdiri dari 18 siswa laki-laki dan 20 siswa perempuan.
Tempat Penelitian
Dalam penilitian ini penulis mengambil lokasi di M Ts Negeri Cepogo Kabupaten Boyolali , penulis mengambil lokasi atau tempat ini dengan pertimbangan bekerja pada sekolah tersebut, sehingga memudahkan dalam mencari data , peluang waktu yang luas dan subyek penelitian yang sangat sesuai dengan profesi penulis.
Waktu Penelitian
Dengan beberapa pertimbangan dan alasan penulis menentukan menggunakan waktu penelitian selama 10 bulan Agustus 2009 s.d Mei 2010. Waktu dari perencanaan sampai penulisan laporan hasil penelitian tersebut pada Tahun pelajaran 2009/2010.
Lama Tidakan
Waktu untuk melaksanakan tindakan pada bulan Agustus, mulai dari siklus I, siklus II dan siklus III.

Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yang diterapkan dalam hal ini antara lain :
Tahap Perencanaan (persiapan), terdiri atas kegiatan sebagai berikut.
  1. Menetapkan materi pelajaran, yaitu materi pelajaran kelas VII tahun pelajaran 2009/2010.
  2. Menyusun Silabus dan Rencana pembelajaran.
  3. Menyusun instrument test yang berupa kuis.
  4. Menetapkan cara dan prosedur refleksi.
  5. Memberikan pengertian kepada siswa bahwa kuis - kuis yang akan diberikan akan sangat penting manfaatnya untuk kemajuan belajar siswa.
  6. Memberitahukan kepada siswa bahwa nilai kuis-kuis akan digabung dengan nilai ulangan harian.
  7. Memberikan penguatan pada setiap kegiatan apersepsi dengan cara memberikan soal berupa kuis baik secara tertulis.
Pelaksanaan tindakan (Action ), mencakup kegiatan sebagai berikut.
Pelaksanaan tindakan akan dibagi menjadi beberapa siklus sesuai dengan yang telah ditetapkan
Siklus pertama.
Kegiatan penelitian yang akan dilaksanakan sesuai dengan tahapan pada gambar di bawah ini.



Penjelasan siklus pertama.
Tindakan : Pemberian kuis pada kegiatan apersepsi.
  1. Pada kegiatan ini siswa akan langsung diberi kuis. Siswa mengerjakan kuis yang telah disiapkan guru dalam waktu 5-10 menit. Bentuk soal kuis adalah soal multiple choice dengan jumlah soal sebanyak 3 buah pada setiap kali pertemuan. Validitas kuis dapat dilakukan dengan mensinkronkan muatan materi yang terdapat dalam RPP dengan butir soal kuis.
  2. Siklus pertama dalam penelitian ini dinyatakan berhasil jika:
  3. siswa yang mendapat nilai 6,5 minimal 70% dari hasil mengerjakan soal kuis, dan
  4. rerata hasil tes penguasaan konsep setelah pembelajaran materi pokok tertentu, telah memenuhi KKM yang ditentukan sekolah.
  5. Pada akhir siklus, dilakukan refleksi oleh semua tim peneliti baik guru maupun mitra untuk mengkaji perubahan tingkah laku siswa selama dan setelah pemberian tindakan, sebagai acuan dalam membuat rencana tindakan baru pada siklus berikutnya.
Siklus kedua.
Siklus kedua dilaksanakan jika hasil refleksi menyatakan bahwa indicator keberhasilan belum terpenuhi. Rencana tindakan pada siklus kedua adalah pemberian kuis pada kegiatan apersepsi dan penguatan (penjelasan mengenai materi kuis).

Siklus ketiga.
Siklus ketiga dilaksanakan jika hasil refleksi menyatakan bahwa indicator keberhasilan belum terpenuhi. Rencana tindakan pada siklus ketiga adalah pemberian kuis pada kegiatan apersepsi dan penguatan (penjelasan mengenai materi kuis) serta pemberian quis di akhir pembelajaran.

Refleksi, dimana perlu adanya pembahasan antara siklus-siklus tersebut untuk dapat menentukan kesimpulan atau hasil dari penelitian.

Biaya Penelitian

Personalia Peneliti
Penelitian ini melibatkan Tim peneliti, identitas dari Tim tersebut adalah :

Ketua Peneliti

Nama Lengkap : Muhammad Amin, S.Pd.
Jenis Kelamin : Laki-laki
NIP : 19790207 200501 1 003
Disiplin Ilmu : Pendidikan Matematika
Pangkat/Golongan : Penata Tingkat I/III b
Jabatan : Guru MTs Negeri Cepogo
Waktu Penelitian : 10 Jam/Minggu

Anggota Peneliti 1
Nama Lengkap : Lukitanto
Jenis Kelamin : Laki-laki
NIP : 19671030 199001 1 001
Disiplin Ilmu : Pendidikan Matematika
Pangkat/Golongan : Pembina/IV a
Jabatan : Guru MTs Negeri Cepogo
Waktu Penelitian : 10 Jam/Minggu

Anggota Peneliti 2
Nama Lengkap : Ardhi Prabowo, S.Pd., M.Pd.
Jenis Kelamin : Laki-laki
NIP : 132308205
Disiplin Ilmu : Pendidikan Matematika
Pangkat/Golongan : Asisten Ahli/III a
Jabatan : Dosen Jurusan Matematika
Fakultas/Jurusan : MIPA/Matematika
Waktu Penelitian : 10 Jam/Minggu

Daftar Pustaka
  1. Darsono, M. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang Press.
  2. Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta.
  3. Gagne, R.M. (1983). Some Issues in the Psychology of Mathematics Instruction. Journal for Research in Mathematics Education. 14 (1)
  4. Jutmini, S. dkk. 2007. Paduan Evaluasi Pendidikan. LPP UNS.
  5. Lucas, D.M. and Fugitt, J. 2007. The Perception of Math and Math Education in the Rural Midwest. Appalachian Collaborative Center for Learning, Assessment, and Instruction in Mathematics Working Paper No. 37.
  6. NCTM. 1989. 1989 NCTM Standards: Grades 9-12 Mathematics as Problem Solving. Download dari http://www.nctm.org pada tanggal 15 Januari 2006.

No comments:

Artikel Lainnya

Link menarik milik Sahabat
----[ PEACE INDONESIA ]----

Ardhi.Net : Guru Ganteng : Kifni : Kang Abeh : Seputar Obat : Scriptcenter: Sikumb@ng : Asuindo : sampara.com : Hamidz Botanix : Hotfreez.com : Pak Guru Fisika : Guru Online

Masih dalam pengumpulan Sahabat. Untuk yang berkeinginan untuk link exchange, silahkan tinggalkan komentar atau pesan di shoutbox. Saya akan pasang link yang betul-betul bermanfaat dan tak berharap dollar. Terima kasih.